Bisnis.com, JAKARTA - PT Surveyor Indonesia (Persero) membidik lini bisnis baru yakni pemeliharaan dan operasional pembangkit listrik guna mencapai target pendapatan usaha tahun depan hingga Rp1,208 miliar atau naik 20,0% dibandingkan tahun ini.
Hingga saat ini, PT Surveyor Indonesia (PTSI) memiliki empat lini bisnis utama yaitu bisnis jasa survei, inspeksi/pemeriksaan, dan konsultasi. Bisnis jasa verifikasi dan inspeksi memberikan kontribusi terbesar 60% terhadap pendapatan, disusul jasa survei 30%, selebihnya 10% dari jasa sertifikasi dan konsultasi.
“Bisnis pemeliharaan dan operasional adalah lini bisnis baru yang akan kami kembangkan pada tahun depan, tentunya selain bisnis kami yang sudah ada yakni survei, inspeksi/pemeriksaan, dan konsultasi,” kata Presiden Direktur PTSI M. Arif Zainuddin.
Untuk tahap pertama, BUMN itu akan mengaplikasikan rencana bisnis tersebut ke dalam proyek kerja sama antara perusahaan pelat merah ini dengan Korea Western Power Co. (Kowepo) yang berupaya membangun pembangkit listrik di kawasan Indonesia timur.
Dalam melihat prospek bisnis ke depan, Arif cukup optimistis target pendapatan usaha mampu dicapai dengan mengimplementasikan sejumlah rencana bisnis baru dan efisiensi bisnis. Optimisme itu juga berkaca pada kinerja perseroan sampai kuartal III/2017 yang sudah melebihi dari target sepanjang 2017.
Selain bisnis pemeliharaan dan operasional pembangkit listrik, PTSI juga berencana mengoperasikan laboratorium terpadu di Sentul, Jawa Barat, pada 2018. Pada tahap awal, laboratorium yang akan beroperasi adalah laboratorium pengujian pelumas.
Baca Juga
Selanjutnya secara bertahap, kebutuhan laboratorium lainnya yakni laboratorium emas, ban dan velg, lingkungan, dan baja juga akan dibangun dan ditargetkan beroperasi penuh pada 2019.
“Gedung sudah dibangun dan mesin sudah beberapa yang datang, tetapi masih ada beberapa mesin yang inden. Targetnya, Januari 2018 akan segera beroperasi untuk pengujian pelumas,” tambahnya.
Pada tahun depan, perseroan juga menargetkan dapat segera berperan sebagai verifikator kontainer (container scanner). Saat ini, PTSI sudah melakukan uji coba di Semarang dan segera dikembangkan di Surabaya, Medan, dan Jakarta.
“Seharusnya verifikator kontainer ini dilakukan pada tahun ini, tetapi karena ada beberapa kendala maka ditunda pada tahun depan. Khusus untuk lokasi Tanjung Priok [Jakarta], kami harus melakukan studi yang lebih lengkap dan mendalam lagi,” ucapnya.
Ke depan, PTSI masih mengembangkan empat sektor untuk meningkatkan pendapatan dan laba sebelum pajak yang ditarget naik masing-masing 20% dan 21,2% pada 2018.Salah satunya adalah mengembangkan jasa end to end di bidang infrastruktur untuk mendukung program pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur.
“Kami akan mengembangkan bisnis dengan kompetensi dan teknologi yang dapat mendukung pendapatan revenue yang lebih besar yaitu pengembangan jasa terintegrasi di area perkotaan, airport city, port city, kawasan pariwisata, industri dan ekonomi,” papar Arif.
Untuk bidang lingkungan, PTSI bakal mengembangkan bisnis sampai dengan pengelolaan limbah termasuk limbah B3 dan limbah non-B3. Sementara itu untuk sektor energi, perusahaan terus aktif dalam meningkatkan ketahanan energi nasional.
“Kami tidak hanya melakukan kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan konstruksi, namun juga mengembangkan sampai dengan pemeliharaan pembangkit instalasi tenaga listrik yang merupakan bagian dari proyek strategis nasional,” ujarnya.