Bisnis.com, JAKARTA -- Revolusi industri keempat ke arah ekonomi digital dan teknologi membuat industri science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) memiliki prospek yang menjanjikan.
Shinta Widjaja Kamdani, President of Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), mengatakan meskipun prospek industri STEM menjanjikan di masa depan, masih ada sejumlah tantangan dalam menarik tenaga kerja profesional petempuan untuk bekerja di industri ini.
"Salah satu isu utamanya adalah industri STEM dianggap memiliki lingkungan yang tidak ramah untuk perempuan," kata Shinta dalam acara CEO Talks Promoting Women Leadership in STEM Industries, di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Kamis (22/2/2018).
Dia menambahkan IBCWE berdiri sebagai koalisi untuk pemberdayaan perempuan, dimana perusahaan harus peka dengan kesetaraan gender.
"Kami berdiri untuk isu kesetaraan gender di tempat kerja,"
Menurut studi dari UNESCO pada 2015, rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang teknik mesin terutama disebabkan oleh persepsi lingkungan kerja di industri STEM merupakan domain pekerja laki-laki yang melibatkan pekerjaan fisik dan karena itu tidak menarik bagi pekerja perempuan.
Kurangnya keterwakilan perempuan di industri STEM juga disebabkan oleh rendahnya partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja. Bahkan, lulusan perempuan yang memperoleh gelar terkait STEM memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengejar karier di industri STEM dibandingkan laki-laki, meskipun mereka memiliki nilai akademis yang relatif sangat baik.
Studi dari UNESCO pada 2015 menunjukkan bahwa sebagian besar peneliti perempuan memilih untuk bekerja di bidang administrasi dan manajemen yang tidak terkait langsung dengan bidang keahlian mereka.
Data terakhir per Februari 2017 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ada sekitar 131,55 juta pekerja yang tersedia di pasar tenaga kerja dalam negeri.
Berdasarkan perbandingan gender, tingkat partisipasi perempuan sekitar 55% atau lebih rendah dari laki-laki yaitu 83,1%. Khusus untuk pekerjaan di industri STEM ini, tercatat hanya sekitar 30% pekerja perempuan.
Walaupun jumlah persentase pekerjaan perempuan di industri STEM ini tergolong kecil, berdasarkan penelitian Lembaga Statistik UNESCO, angka tersebut masih lebih tinggi dari rata-rata negara di Asia Tenggara yaitu sebesar 23%.
Peringkat ini menempatkan Indonesia berada di depan negara-negara tetangga seperti Singapura, Laos, dan Kamboja dalam rasio perempuan terhadap pekerja laki-laki di industri STEM.
"Bagi saya perempuan memiliki potensi yang belum tergali di industri STEM, jika semakin banyak maka kita akan melihat perusahaan teknologi yang hangat, konstruksi lebih ramah. Semoga peran perempuan dalam industri STEM di Indonesia meningkat," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Nita Yudi, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Perempuan, mengatakan peran perempuan dalam industri STEM ini masih kecil.
Studi Microsoft mengungkapkan hanya 20% di dunia yang bekerja di industri ini. Padahal, menurutnya, perempuan mampu bekerja di industri ini.
Dia mengatakan dari riset Accenture mengungkapkan 40% perempuan ada di jalur fast track artinya menempati posisi manajemen dalam waktu lima tahun.
Pihaknya juga optimistis karena jika melihat kondisi Indonesia, tren perempuan mengambil pendidikan science dan MIPA terus meningkat berdasarkan Kementerian riset, teknologi, dan pendidikan tinggi (Kemenristek Dikti).
"Kaum perempuan harus mengubah mindsetnya bahwa STEM Industri ini sangat bermanfaat," katanya.
Kadin Indonesia juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk pelatihan dan pemberdayaan perempuan.
Sementara itu, Sujatmiko, Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, mengatakan pemerintah sudah berupaya dalam perlindungan perempuan dan anak.
"Perempuan dan anak memiliki sesuatu yang strategis di masa depan," katanya.
Dia menambahkan pemerintah juga berupaya mengeluarkan regulasi-regulasi yang pro perempuan termasuk perlindungan. Selain itu, pemerintah juga mendorong program terkait pemberdayaan perempuan.
"Kami juga akan menggaet pihak swasta untuk pemeberdayaan perempuan. Saya yakin jika semua pihak berpartisipasi, akan bagus sekali, saya yakin perempuan Indonesia lebih berdaya termasuk di inustri STEM ini," katanya.
Steven Barraclough, Minister-Counsellor for Economic, Investment, and Infrastructure, Australian Embassy, mengatakan partisipasi perempuan di industri STEM ini masih di bawah 50% sehingga pembahasan terkait hal ini menjadi sangat menarik.
"Namun partisipasi perempuan di industri STEM ini juga bergantung dari kondisi dalam setiap negara. Australia juga menyesuaikan dengan kondisi untuk meningkatkan partisipasi perempuan di industri STEM ini," katanya.
REVOLUSI INDUSTRI 4.0: Peran Perempuan Disorot
Revolusi industri keempat ke arah ekonomi digital dan teknologi membuat industri science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) memiliki prospek yang menjanjikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Agne Yasa
Editor : Linda Teti Silitonga
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 menit yang lalu
PPN Naik 12%, Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Pajak Kemenkeu
12 menit yang lalu
Apindo Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 4,9%-5,2% pada 2025
12 menit yang lalu
Biodiesel B40 Jalan 1 Januari 2025, Begini Kesiapan Pertamina
43 menit yang lalu