Bisnis.com, JAKARTA – Industri minuman di Tanah Air tampaknya masih berada dalam masa penuh tantangan sepanjang 2017.
Ketua Kajian Kebijakan Publik Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim), Lucia Karina mengatakan pertumbuhan industri minuman di Tanah Air pada tahun lalu membukukan pertumbuhan minus 1%. "Itu pertama kalinya dalam sejarah kita mengalami pertumbuhan negatif,” ujarnya di Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Lucia mengungkapkan, sebelum 2017 pertumbuhan industri minuman selalu mencatatkan kinerja positif dengan berada pada level peningkatan antara 6% hingga 8%. Adapun, penyebab dari kinerja kurang memuaskan tersebut dipicu oleh perubahan orientasi kebutuhan di masyarakat.
“Seperti pengurangan subsidi listrik, saya kira cukup berpengaruh ya. Selain itu kalau minuman kan berbeda dengan makanan yang bersifat sifatnya harus, tetapi kalau minuman kan bisa diganti atau dipilih yang lain seperti air putih,” imbuhnya.
Dalam catatanya, volume produksi industri minuman pabrikan lokal pada sepanjang 2017 lalu adalah sebesar 34,41 miliar liter. Jumlah tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan capaian 2016 yang sebesar 43,76 miliar liter.
Sebagai informasi, total produksi tersebut adalah golongan minuman ringan yang termasuk dalam kategori nonalcoholic ready to drink (NARTD), seperti produk susu, jus, kopi, teh dan sebagainya. “Kami berharap sih pertumbuhan bisa kembali normal lagi dengan kisaran 4%-6% seperti tahun-tahun sebelumnya,” terang Lucia.
Baca Juga
Dihubungi terpisah, Corporate Relation Director Diageo Dendy Borman menyatakan khusus industri minuman beralkohol (minol) pada sepanjang tahun lalu tidak terlalu bergejolak. Pun demikian dengan proyeksi bisnis pada 2018.
“Untuk industri minol tidak ada perubahan maupun penurunan yang berarti baik untuk tahun lalu maupun tahun ini karena memang segmen pasarnya sudah ada sendiri,” tuturnya.