Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pembatasan ekspor minyak sawit mentah (CPO) oleh Uni Eropa (UE) merupakan persaingan dagang dan bukan murni karena masalah lingkungan.
“Karena persaingan. Kalau saya melihat ada persaingan. Mereka memproduksi vegetables oil yang lain, di mana mereka harganya menjadi mahal dan CPO kita lebih murah,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Senin (9/4/2018).
Enggar menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membahas ekspor CPO Indonesia ke AS dan Eropa serta perkembangan perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economy Partnership Agreement (IEU-CEPA). Dia mengungkapkan negara-negara UE masih bersikeras menghentikan impor CPO pada 2021 yang diklaim karena masalah lingkungan.
“Seperti kita ketahui di satu sisi kita sudah menang di beberapa perkara tapi mereka tetap berkeras sampai dengan 2021 biodiesel dikeluarkan dari sana, Eropa,” tutur Enggar.
Dia menyebut hal ini sebagai bentuk persaingan tidak sehat yang dipraktikkan dalam perdagangan internasional oleh UE. UE dinilai melakukan praktik proteksionisme.
Penghentian ekspor CPO ke UE pada 2021 dipandang akan sangat merugikan Indonesia. Sebab, komoditas ini berkontribusi paling besar terhadap total ekspor Indonesia.
Baca Juga
Hal itu akan mempengaruhi pula ekspor produk turunan dari minyak sawit mentah. Menurut Enggar, penghentian impor CPO oleh negara-negara UE juga disulut oleh kampanye untuk tidak mengonsumsi produk yang mengandung minyak sawit.
“Ekspor kita yang tertinggi atau nomor satu adalah CPO dan seluruh derivatifnya. Kedua, batubara. Jadi, kalau itu terganggu, kita semua terganggu. Apapun kita tidak mau itu terganggu. Kalau kita diganggu kita juga bisa mengganggu. Gitu aja,” ucapnya.
Seperti diketahui, penolakan terhadap CPO biasa dikaitkan dengan isu lingkungan di mana perkebunan sawit menyangkut pembalakan hutan. Pemerintah Indonesia mengklaim sudah menyampaikan kepada UE bahwa Indonesia pun akan mengikuti aturan dunia asal dilakukan dengan adil.
Mendag menilai penggunaan lahan untuk memproduksi vegetables oil di Eropa lebih besar dan lebih merusak lingkungan, sehingga seharusnya UE melakukan hal yang sama seperti yang disampaikan kepada Indonesia.