Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KKP Jamin Produk Ikan Kalengan di Pasar Bebas Cacing

Kementerian Kelautan dan Perikanan mengimbau masyarakat untuk kembali mengonsumsi ikan kaleng. Kementerian itu menjamin produk yang beredar di pasaran sekarang bebas cacing.
Pengolahan ikan
Pengolahan ikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengimbau masyarakat untuk kembali mengonsumsi ikan kaleng. Kementerian itu menjamin produk yang beredar di pasaran sekarang bebas cacing.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo mengatakan produsen telah menarik secara mandiri seluruh ikan makarel kaleng yang dinyatakan mengandung cacing Anisakis sp. dari toko-toko ritel.

Dengan demikian, seluruh makarel kaleng yang beredar saat ini tidak termasuk ke dalam daftar yang diumumkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengandung cacing.

"Masyarakat sudah bebas, aman, mengonsumsi ikan kaleng yang bahan bakunya makarel. Kalau ikan yang di luar makarel dari dulu memang sudah bebas, aman [dikonsumsi]," katanya, Rabu (17/4/2018).

KKP juga mempersilakan pabrik-pabrik pengalengan ikan kembali berproduksi sepanjang stok bahan baku dinyatakan negatif mengandung Anisakis oleh BPOM atau Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan (BKIPM). Selain itu, produsen harus memperbaiki manajemen risiko untuk menekan kandungan cacing dalam bahan baku.

"Saya sudah bilang ke mereka [pengalengan ikan], pokoknya semua ketentuan, SOP, seperti HACCP [keamanan pangan], harus dipenuhi semua," kata Nilanto.

Dia menuturkan sejauh ini pemerintah belum berhasil menemukan asal sebenarnya makarel impor yang mengandung Anisakis. Jika ditelusuri dari dokumen izin pemasukan hasil perikanan (IPHP) dan realisasinya, bahan baku itu memang berasal dari China.

Namun, dia mengemukakan China selama ini mengimpor makarel dari seluruh dunia, terutama Norwegia dan Islandia, sekalipun Negeri Tirai Bambu itu penangkap makarel terbesar kedua di dunia setelah Norwegia. Stok makarel Negeri Panda yang melimpah itu kemudian diekspor lagi ke berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper