Bisnis.com, JAKARTA -- Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah tidak begitu mempengaruhi ekspor kendaraan bermotor.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan hal tersebut dkarenakan perjanjian ekspor kendaraan bermotor ysangat bergantung pada persetujuan danri perusahaan prinsipal masing-masing.
"Jika terjadi depresiasi rupiah, [dan menyebabkan turunnya harga jual], kita hanya bisa mengajukan penambahan ekspor, jadi berbeda dengan komoditas lain," katanya kepada Bisnis.com, Minggu (8/7/2018)
Yohannes mengatakan, dampak dari pelemahan rupiah yang cukup lama ini malah akan berdampak pada kenaikan harga jual kendaraan dalam negeri. Hal tersebut disebabkan banyaknya pelaku industri kendaraan bermotor yang bergantung pada bahan baku impor.
"Apalagi untuk mobil-mobil mewah dan truk, yang mana komposisi impornya banyak sekali," tuturnya.
Director Administration & Corporate Planning PT TMMIN Bob Azam mengatakan, pihaknya sendiri mengalami kesulitan dalam kondisi pelemahan nilai tukar rupiah, karena 30% bahan baku berasal dari impor.
"Jadi memang tidak serta merta rupiah depresiasi lalu ekspor kita langsung naik," kata Bob saat dimintai konfirmasi.
Bahkan, untuk menekan biaya bahan baku impor, dia mengatakan, pihaknya mencoba menyerap tekanan biaya tersebut denhgan peningkatan efesiensi dan oemotongan beberapa budget belanja.
Terlepas dari pelemahan nilai tukar rupiah, TMMIN tetap menargetkan pengapalan kendaraan utuh atau completely built up (CBU) Toyota secara keseluruhan dari Indonesia meningkat hingga 10% pada 2018 dibandingkan dengan pencapaian sepanjang tahun lalu, yakni 199.600 unit.