Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan alasan mengapa Indonesia melakukan divestasi saham Freeport hanya 51% karena Indonesia masih membutuhkan teknologi yang digunakan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
Jusuf Kalla atau JK mengakui Indonesia masih tergantung berbagai hal terhadap Freeport. Bukan hanya teknologi, tetapi juga membutuhkan kerja sama pemasaran hingga manajemen dari proyek pertambangan di Papua tersebut
“Kenapa hanya 51% karena kita masih membutuhkan teknologi dari Freeport sendiri, kita bisa saja berusaha lebih besar, tetapi kita masih membutuhkan kerja sama. Baik kerja sama teknologi, begitu juga kerja sama dari pada pemasaran dan manajemen dari proyek yang besar ini,” kataya di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (18/7).
Dengan divestasi sebesar 51%, JK mengatakan Indonesia melalui PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum dapat menguasai kebijakan Freeport. Dia menjelaskan, saat ini nilai Freeport mencapai Rp100 triliun.
Tentu bukan hal mudah untuk menguasai sepenuhnya dari perusahaan tambang itu. Adapun langkah pemerintah yang sudah diambil, patut disyukuri karena Indonesia bisa terlibat dalam operasional perusahaan yang sudah beroperasi sejak akhir 1960-an tersebut.
“Disamping itu pemerintah ingin agar pendapatan negara dari Freeport lebih banyak digunakan untuk kemajuan kita semua, khususnya kemajuan Papua itu sendiri. Apabila nanti kita selesai dengan 51%, maka Indonesia akan menguasai manajemen keseluruhan. Tetap secara teknologi, secara teknis, kita tetap bekerja sama dengan Freeport yang telah menguasai teknis pertambangan seperti itu,” ujarnya.