Bisnis.com, JAKARTA - Badan Karantina Kementerian Pertanian resmi membuka layanan karantina di Ampana, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Hal ini guna mendorong percepatan layanan karantina di sentra produksi komoditas pertanian unggulan yang memiliki potensi ekspor.
Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina Pertanian (Barantan) Antarjo Dikin mengatakan pembukaan juga untuk meningkatkan pengawasan lalulintas komoditas pertanian antar area serta mendorong sertifikasi kesehatan dan keamanan komoditas pertanian yang dipersyaratkan oleh negara tujuan ekspor.
“Kementan lewat Barantan berkomitmen untuk menjamin lalulintas komoditas pertanian yang sehat, aman dan bebas hama penyakit. Juga sebagai fasilitator perdagangan, kami dorong sektor agribisnis terutama untuk penuhi standar phytosanitary dari negara tujuan", katanya Senin (17/9).
Menurut Antarjo, regulasi karantina merupakan alat fasilitator perdagangan (tool trade facilitator) antar negara yang pelaksanaannya diawasi oleh organisasi perdagangan dunia (WTO). Jadi Indonesia perlu memperkuat aturan sanitary and phytosabitary (SPS) dengan mitra dagangnya. Selain itu bisa juga untuk mendorong penambahan nilai ekonomi komoditas pertanian melalui ekspor, kesepakatan SPS juga dapat menjaga kemungkinan adanya ancaman masuknya hama penyakit pertanian lewat komoditas pertanian yang tidak sehat.
"Ini selaras dengan perjanjian WTO Trade Facilitation Agreement di Bali pada Desember 2013 dan telah di sahkan Indonesia pada 22 Februari 2017," katanya Antarjo.
Antarjo menyampaikan bahwa potensi pertanian di Sulawesi Tengah menunjukan tren peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data Indonesia Quarantine Fullautomation Sistem (IQFAST) yakni sistem informasi lalu lintas karantina yang dimiliki oleh Barantan terlihat adanya peningkatan jenis dan volume lalu lintas hewan dan tumbuhan di Propinsi Sulawesi Tengah, termasuk di Kabupaten Ampana baik untuk antar area maupun ekspor.
Antarjo mengungkapkan pada periode 2018 sampai dengan bulan Agustus terjadi peningkatan jumlah frekwensi karantina untuk komoditas sarang burung walet, sapi donggala, getah pinus, jagung dan peti kemas kayu.
IQSF mencatat tren peningkatan lalu lintas sarang burung walet tahun 2017 dengan frekwensi 682 kali dengan total volume 26.762 ton sedangkan pada 2018 sampai dengan bulan Agustus frekwensinya 550 kali dengan total volume 22.776 ton.
"Dan pelepasan ekspor perdana ke berbagai negara sampai dengan Agustus 2018 untuk masing-masing komoditas getah pinus sebanyak 40 kali total 3.300 ton, peti kemas kayu sebanyak 72.000 meter kubik dan jagung sebanyak tiga kali dengan total 10.000 ton," katanya.
Bupati Tojo Una-Una, Muhamad Lahay berharap hadirnya karantina di wilayahnya mampu memberikan kontribusi dan dorongan bagi petani untuk meningkatkan kualitas komoditas yang dihasilkan agar sesuai persyaratan internasional, sehingga mampu bersaing di pasar dunia.
Ida Bagus Hary Soma Wijaya, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu, pun menyerahakan sertifikat phytosanitary jagung sebagai persyaratan negara tujuan ekspor Filipina dalam peresmian tersebut. Sertifikat karantina sebagai jaminan kesehatan dan keamanan bahwa jagung ekspor ini telah diperiksa dan bebas hama penyakit. Pengiriman ekspor jagung ini adalah untuk yang ketiga kalinya yang langsung melalui pelabuhan Mantangisi, Ampana, Tojo Una-Una.
Sebelumnya, PT Segar Agro Nusantara juga mengekspor jagung sebanyak 2.200 ton dan pada Juli sebesar 3.900 ton dengan tujuan sama di bulai Mei 2018.
Jumlah ekspor jagung ini secara nasional melengkapi data ekspor yang dirilis oleh Kementan tercatat bahwa hingga Juli 2018 telah 14 negara menerima jagung asal Indonesia, lima terbesar diantaranya adalah Filipina, Jepang, Malaysia, Vietnam dan Korea. Khusus untuk negara tujuan ekspor ke Filipina hingga Juli tercatat telah mencapai 290.594 ton, sedangkan ke Jepang sebanyak 5.406 ton, Malaysia 4.337 ton, Vietnam 1.159 ton dan Korea 376 ton.