Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah berencana kembali mengimpor jagung sebanyak 30.000 ton pada Februari 2019, sebagai upaya stabilisasi harga komoditas tersebut.
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution mengatakan keputusan menambah impor tersebut dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga jagung agar tidak berdampak pada kenaikan harga pakan ternak, yang ujungnya dapat berimbas pada kenaikan harga telur di pasaran.
Menurutnya hal tersebut perlu dipersiapkan sebagai langkah antisipasi lantaran telur ayam juga dianggap sebagai salah satu komoditas penyumbang inflasi. Terlebih, masa panen jagung diproyeksi baru berlangsung pada April 2019.
"Kita sudah impor dan sudah masuk sekitar 70.000 ton sampai akhir Desember 2018. Sebanyak 30.000 ton sisanya rencananya akan masuk pada pekan ketiga Januari 2019. Kita juga sudah menambah 30.000 ton lagi untuk masuk pada pertengahan Februari 2019 karena panen jagung itu April," tutur Darmin di Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian, Jumat (4/1/2019).
Pada 2018, pemerintah menetapkan kuota impor jagung sebanyak 100.000 ton melalui Bulog. Bulog diharapkan mendistribusikan jagung impor tersebut kepada para peternak ayam petelur skala kecil dan menengah agar stabilisasi harga bisa terealisasi dengan baik.
Namun, dia melihat saat ini, Bulog baru mendistribusikan jagung impor itu kepada peternak ayam petelur skala kecil saja.
"Kelihatannya di lapangan ada kebijakan bahwa ini diberikan hanya pada peternak ayam petelur kecil. Tapi kami sudah ngomong bahwa enggak bisa begitu. Sekarang jual ke semuanya," tutur Darmin.