Bisnis.com, JENEWA – Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengungkapkan terjadi perlambatan dalam pertumbuhan lalu lintas penumpang angkutan udara secara global, meskipun terjadi kenaikan lalu lintas penumpang sebesar 5,3 persen pada Februari 2019 dibandingkan bulan yang sama tahun 2018.
Menurut IATA, Kamis (Jumat, 5/4/2019, pagi waktu Indonesia), angka itu menunjukkan tingkat pertumbuhan paling lambat dalam lebih dari satu tahun, meskipun masih sejalan dengan tren permintaan jangka panjang.
Setelah kinerja Januari yang kuat, permintaan penumpang turun "sedikit di bulan Februari," kata IATA. IATA menyebut hal itu terkait kekhawatiran prospek ekonomi yang lebih luas.
"Ketegangan perdagangan yang berkelanjutan antara AS dan China serta ketidakpastian yang belum terselesaikan atas Brexit juga membebani prospek perjalanan," kata Direktur Jenderal dan CEO IATA Alexandre de Juniac.
Permintaan penumpang internasional Februari naik 4,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menandai perlambatan dari pertumbuhan 5,9 persen pada Januari.
Maskapai penerbangan Eropa menunjukkan kinerja paling kuat untuk bulan kelima berturut-turut di bulan Februari. Permintaan penumpang meningkat 7,6 persen, dibandingkan dengan tahun lalu, tidak berubah dari Januari 2019.
"Kinerja kuat Eropa yang berkelanjutan memberikan paradoks mengingat Brexit mengkhawatirkan dan tanda-tanda prospek ekonomi yang lebih rendah," katanya.
Data IATA menyebutkan lalu lintas maskapai penerbangan Asia-Pasifik pada Februari naik 4,2 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, penurunan substansial dari kenaikan 7,2 persen pada Januari 2019.
Liburan Tahun Baru Imlek di minggu pertama Februari tahun ini mungkin telah menggeser sejumlah lalu lintas ke Januari, kata IATA.
Lalu lintas maskapai penerbangan Amerika Utara naik 4,2 persen di Februari, penurunan dari pertumbuhan 5,4 persen di Januari.
IATA menilai perlambatan pertumbuhan terkait dengan tanda-tanda pelemahan kegiatan ekonomi pada akhir 2018 dan efek dari ketegangan yang sedang berlangsung antara AS dan beberapa mitra dagangnya, namun diimbangi dengan pengangguran yang rendah di kawasan Amerika Utara. "Latar belakang ekonomi yang umumnya sehat," kata IATA.
IATA sendiri mewakili sekitar 290 maskapai penerbangan yang menguasai 82 persen lalu lintas angkutan udara global.