Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan impor baja pada kuartal I/2019 mengalami penurunan. Namun, dia enggan menyatakan pertumbuhan volume impor baja pada tahun ini akan melambat.
“Karena baru sebulan, tetapi itu [penurunan volume impor] perlu diperhatikan,” ujarnya di sela-sela acara Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019, Senin (15/4/2019).
Badan Pusat Statistik mencatat volume impor baja yang dicap atau ditempa tetapi tidak dikerjakan lebih lanjut turun 11,81% secara bulanan pada Februari dari 3.071,3 ton menjadi 2.708,5 ton. Secara tahunan, impor pada Februari naik 37,54% dari 1.969,3 pada bulan yang sama tahun lalu.
Ketua Umum Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISAI) Silmy Karim mengatakan keadaan industri baja nasional saat ini sedang buruk, . Pasalnya, industri baja lokal masih digempur oleh produk impor.
“Impor [pada] 2018 untuk baja paduan naik 57%. Saya yakin di bawah itu [saldo bersih tertimbang kegiatan usaha industri logam dasar, besi, dan baja kuartal I/2019]. Bahkan saat ini [utilisasi pabrik] cuma di kisaran 30%--40% pada kuartal I/2019,” katanya kepada Bisnis.
Silmy menuturkan impor baja naik 7,01% menjadi 6,1 juta ton pada akhir tahun lalu dari 5,7 juta ton dari realisasi tahun sebelumnya. Sementara itu, baja paduan berkontribusi sebesar 47% atau 2,9 juta ton pada tahun lalu. Impor baja paduan tahun lalu meningkat 20,7% dari 2017.
Silmy menyampaikan industri baja nasional tidak akan berkembang jika stok baja impor belum habis dan izin impor baja masih diberikan. Silmy meminta pemerintah melarang dan menghilangkan baja yang diimpor dengan cara-cara yang curang.
“Mereka [pengimpor] kan [ada yang] bohong, mengaku itu alloy steel padahal itu baja biasa. Kalau mereka masih menggunakan cara-cara itu dan stok impornya masih banyak, ya industrinya hancur,” ujarnya.