Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan baja global sepanjang 2019 dan 2020 diprediksi tetap tumbuh meski di tengah kondisi ekonomi dunia yang dinilai kurang menguntungkan bagi industri.
Ketua Komite Ekonomi Worldsteel Al Remeithi mengatakan dalam 2 tahun ke depan permintaan baja global diperkirakan masih akan terus tembuh, walaupun tingkat pertumbuhan cenderung akan moderat seiring dengan perlambatan ekonomi global.
Perlambatan ekonomi China sebagai negara konsumen baja terbesar di dunia, ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan, dan situasi politik di banyak daerah juga menunjukkan kemungkinan moderasi dalam kepercayaan bisnis dan investasi.
"Lebih lanjut, ketidakpastian atas lingkungan perdagangan dan volatilitas di pasar keuangan yang belum surut dapat menimbulkan risiko penurunan untuk perkiraan permintaan ini," ujar Al Remeithi seperti dikutip dalam outlook jangka pendek World Steel Association, Rabu (17/4/2019).
Berdasarkan data World Steel Association, permintaan baja global pada 2019 akan meningkat 1,3 persen secara year on year, mencapai 1.735 metrik ton. Sementara itu, pada 2020 permintaan diproyeksikan hanya akan tumbuh 1 persen, yaitu sebesar 1.752 metrik ton.
Namun demikian, jika melihat angka presentase pertumbuhannya, kenaikan permintaan sesungguhnya mengalami tren penurunan tiap tahunnya. Angka pertumbuhan permintaan pada 2019 masih lebih kecil dibandingkan dengan permintaan baja 2018 yang berhasil naik 2,1 persen secara yoy.
Pertumbuhan permintaan 2018 pun sesungguhnya hanya tumbuh sedikit lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2017.
Adapun, moderasi pertumbuhan permintaan baja diakibatkan penurunan kinerja dari industri-industri terkait, seperti otomotif dan konstruksi.
Pada 2019, produksi mobil global diperkirakan terus melambat dengan hanya tumbuh 1 persen dan pemulihan produksi diharapkan terjadi pada 2020. Namun, di Amerika Latin, terutama di Brasil, produksi otomotif akan melawan tren dan terus menunjukkan rebound yang stabil.
Sebagai informasi, industri otomotif mengalami perlambatan tajam dalam pertumbuhan pada 2018 ketika permintaan terpendam dan langkah-langkah stimulus pemerintah mereda, khususnya di Uni Eropa, Turki dan Cina.
Penurunan terbesar terjadi di Turki yang menurun 9 persen dan di Inggris yang menurun 5,5 persen. Akibatnya, pertumbuhan produksi mobil global melambat menjadi 2,2 persen pada 2018 dari 4,9 persen pada 2017.
Momentum kegiatan konstruksi tahun ini juga diperkirakan sedikit moderat di negara maju, tetapi berkat rebound di negara berkembang, pertumbuhan global akan dipertahankan pada level 3 persen pada 2 tahun ke depan.
Di sisi lain, data World Steel Association masih menunjukkan permintaan baja global belum bisa bertopang pada negara konsumen baja terbesar di dunia, China.
Permintaan baja negeri panda tersebut terus melambat karena efek gabungan dari penyeimbangan kembali ekonomi dan ketegangan perdagangan menyebabkan perlambatan investasi dan kinerja manufaktur yang lesu.
Namun, permintaan baja diharapkan akan meningkat seiring dengan stimulus yang telah diberikan pemerintah China, yaitu berupa pemangkasan pajak sektor manufatkur menjadi 13 persen dari pajak semula sebesar 16 persen yang telah berlaku sejak awal April.
Pada 2020, kontraksi kecil dalam permintaan baja China diperkirakan kembali terjadi akibat efek stimulus tersebut diperkirakan akan mereda