Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan pemerintah untuk memangkas produksi ayam broiler mulai memperlihatkan hasil pada pekan pertama Agustus. Kendati demikian, kalangan peternak mewanti-wanti bahwa koreksi harga berpeluang terulang pada September.
Dalam surat edaran dari Kementerian Pertanian bernomor 6996/SE/ PK.010/F/06/2019, pemerintah mengeluarkan kebijakan pengurangan jumlah anak ayam ras pedaging atau day old chick (DOC) untuk kelas final stock (FS). Lewat aturan tersebut, pengurangan dilakukan dengan menarik 30 persen telur tetas berumur 19 hari dari mesin tetas (hatcher).
Aturan itu sendiri bersifat sementara. Hanya diimplementasikan selama dua pekan sejak 28 Juni sampai 12 Juli 2019 bagi perusahaan pembibit ayam ras yang beroperasi di Jawa Tengah.
Peternak mandiri di kawasan ini adalah yang paling terdampak ketika harga ayam broiler siap potong (livebird) jatuh menyentuh harga rata-rata Rp11.500/kg usai Lebaran, jauh dari biaya pokok produksi di angka Rp18.000/kg.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) wilayah Jawa Tengah Pardjuni tak memungkiri jika kebijakan pengendalian populasi yang dikeluarkan pemerintah berkontribusi pada harga yang stabil di level peternak. Dia menyebutkan, penarikan telur tetas tersebut mengakibatkan populasi DOC FS berkurang sekitar 5,7 juta ekor selama dua pekan.
Berkurangnya jumlah populasi menyebabkan pasokan dan permintaan livebird. “Iya, ini pengaruh kebijakan pengurangan DOC FS dan itu cukup lumayan. Harga ayam kemarin di kisaran Rp18.500/kg—Rp19.000/kg untuk Jawa Tengah,” paparnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (9/82018).
Baca Juga
Namun, kondisi ini diakui Pardjuni berpotensi tak bertahan lama. Hal ini tercermin dari harga ayam broiler yang perlahan turun jelang momen Iduladha. Beralihnya konsumsi masyarakat dari daging ayam ke daging sapi atau kambing selama periode ini ia sebut bisa mengoreksi serapan livebird di kisaran 30 persen — 40 persen.
Dampak pengurangan DOC FS itu sendiri, kata Pardjuni, hanya akan dirasakan selama dua pekan, sekitar 32 hari setelah penarikan 30 persen telur dari penetasan dilakukan. Berdasarkan perhitungannya, harga stabil setidaknya masih bisa dirasakan sampai pertengahan Agustus dan beberapa hari usai perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
“Harga masih aman setidaknya sampai momen 17 Agustus, tapi saya perkirakan cuma sebentar karena sampai akhir Agustus itu akan memasuki bulan Sura. Daya beli masyarakat pada bulan ini mulai turun lagi. Bisa sampai 20 persen,” tutur Pardjuni kepada Bisnis, akhir pekan lalu.