Bisnis.com, AMBON — Pembangunan Jembatan Wai Lao di Maluku Tengahmengalami banyak kendala di lapangan seperti faktor cuaca, masalah lahan, hingga pengadaan peralatan, dan tenaga teknis dari Malaysia sehingga mengalami keterlambatan.
"Misalnya, untuk pengadaan rangka baja itu di Kementerian PUPR, tetapi tidak ada bentangan jembatan yang ukurannya 60 meter, makanya dijadikan 40 x 40 x 40 meter sehingga total ukuran jembatannya adalah 120 meter dan itu sudah membutuhkan waktu 3 bulan," kata Direktur PT Buli Bangun M. Banjar Nahor di Masohi dikutip Antara, Rabu (13/8/2019).
Kemudian, untuk tenaga ahli didatangkan dari Malaysia karena alat bored pile di Maluku hanya ada satu dan untuk mengangkutnya dari Jakarta membutuhkan pesawat yang besar sebab beratnya mencapai 1,20 ton dan mata bornya didatangkan dari Jerman.
"Jadi, untuk pengerjaan proyek ini 100 persen saya alami kerugian. Namun, saya melihat kondisi serta kebutuhan masyarakat di sini dan yang dibayarkan hanya 75 persen sampai dengan posisi Desember belum termasuk retensi lima persen sehingga dua kali dirugikan secara finansial," ujarnya.
Namun, katanya, proyek yang dibangun ini adalah untuk kepentingan masyarakat banyak yang sangat membutuhkan akses jalan dan jembatan.
"Saya mengakui meski terjadi keterlambatan, tetapi penyelesaian proyek ini menggunakan dana sendiri dan tidak ada unsur kerugian negara, kemudian membayar tenaga ahli dari Malaysia, dengan perjanjian Rp150 juta baru orangnya datang ke lokasi" ujarnya.
Belum lagi satu tenaga ahli meminta kontrak satu pengeboran Rp4,90 miliar, lalu bila dikalkulasikan dengan empat titik bor maka nilai kontraknya sudah lebih besar dari nilai proyek.
Jembatan dengan bentang 120 meter saat ini hampir rampung 100 persen. Keberadaanya dapat memperlancar akses jalan dari Kecamatan Teluti menuju Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.