Mengapa ciri khasnya proyek WIKA Realty memakai nama Taman Sari?
Ya memang brand Taman Sari ini sejak saat Orde Baru. Enggak boleh pakai nama asing. Sejak itu, nama Taman Sari kami gunakan. Taman Sari itu identik suatu taman istirahat raja, yang idenya dari Taman Sari Yogyakarta. Biar jadi ciri khas.
Seberapa besar target penjualan Rp2,8 triliun pada tahun ini?
Naik cukup signifikan. Pada tahun lalu Rp1,3 triliun. Jadi, kalau melihat kondisi pasaran saat ini, untuk marketing sales, saya masih optimistis bisa kejar Rp2,8 triliun. Namun, ini dipengaruhi juga dengan progres pembangunan yang harus saya pacu.
Contohnya di Benhil, saya sudah kantongi marketing sales di atas Rp500 miliar, padahal itu masih dipagarin, tetapi kalau progresnya jalan itu bisa jadi revenue. Realisasinya kalau sampai saat akhir Juli ini sudah hampir 40% , tetapi mendekati akhir tahun ini bisa kami pacu lagi.
Sudah ada juga yang sedang nego dengan kami terkait dengan proyek di Bali. Mereka dari Jepang. Kalau itu bisa cepat, masuk langsung gede sekitar Rp940 miliar. Strateginya kami bagi dua, yang fokusnya proyek silakan jualan ritel, tapi tugasnya BOD jualan yang sifatnya bulk sales. Kalau itu jalan, aman.
Terkait dengan isu pemindahan ibu kota di Kalimantan, apakah WIKA Relaty juga ada rencana tertentu?
WIKA Group sudah siapkan organisasi untuk menangkap peluang proyek di sana, dari sekarang sudah disiapkan, baik timnya maupun lainnya. Tentu sinergi WIKA group, kami bisa masuk di sana.
Bagaimana dengan persaingan usaha dan strategi untuk menjaga pangsa pasar?
Bisnis ini cukup unik, kalau persaingan head to head tidak bisa. Ini beda dengan jualan produk mobil. Properti itu setiap lokasi sudah memiliki karakter yang berbeda-beda. Tinggal kreativitas kami sebagai developer mengemasnya semenarik mungkin, kreatif, tetapi juga dengan nilai jual sesuai dengan pangsa pasar yang dituju. Awal itulah yang harus kami pikirkan. Dari situ, persaingan akan dengan sendirinya terbentuk.
Kami tentu juga harus jaga mutu produk, apalagi generasi sekaang yang pendidikan tinggi, itu antara tuntutan mutu sangat tinggi. Karena begitu kecewa maka akan dengan mudah tersebar. Apalagi sebagai anak BUMN, kami harus kasih contoh ke lingkungan harus benar-benar kami jaga, terlebih soal safety product.
Adakah rencana merambah pasar luar negeri?
Sebenarnya ada peluang apalagi WIKA group sudah merambah internasional. Tapi sebenarnya di Indonesia pasarnya masih cukup besar. Jadi, paling tidak 5 tahun ke depan fokus di Indoensia.
Seperti apa Anda melihat tantangan di industri ini?
Pertama, menyamakan visi kepada seluruh jajaran manajemen. Kedua, meningkatkan kompetensi baik soft skill maupun hard skill. Kami kirim beberapa ke luar untuk sekolah properti, karena ke depan generai muda inilah yang menjadi tumpuan, jadi persiapan usia dini dilakukan sejak awal.
Pewawancara: Puput Ady Sukarno & Fitri Sartina Dewi