Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor pupuk Indonesia diperkirakan mengalami kenaikan pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu, lantaran mendapatkan dorongan dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) Dadang Heru mengatakan, kenaikan volume dan nilai ekspor pada tahun ini disebabkan oleh stok kebutuhan pupuk dalam negeri yang telah dipenuhi oleh para produsen. Dia menegaskan, stok pupuk dalam negeri untuk jangka waktu minimal dua pekan ke depan telah dipenuhi.
Hal itu membuat para produsen akan lebih mudah mendapatkan rekomendasi dan izin ekspor pupuk nonsubsidi dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.
“Kondisi itu membuat volume dan nilai ekspor pupuk tahun ini berpeluang meningkat dan lebih besar dari capaian tahun lalu sebesar 1,14 juta ton. Terlebih alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri tahun ini turun dari 2018,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis.com, Minggu (1/9/2019).
Adapun, dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 47/2018 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2019, disebutkan jumlah alokasi pupuk subsidi pada tahun ini sebesar 8,874 juta ton.
Apabila diperinci, alokasi itu meliputi pupuk urea sebanyak 3,825 juta ton, SP-36 sebesar 779.000 ton, ZA sebesar 996.000 ton, NPK sebanyak 2,326 juta ton, dan organik sebesar 948.000 ton. Sebelumnya, alokasi pupuk bersubsidi pada 2018 mencapai 9,550 juta ton.
Dadang menambahkan, laju ekspor pupuk dari Indonesia pada tahun akan mengalami pertumbuhan yang signifikan lantaran adanya penurunan produksi komoditas itu di China.
Menurutnya, para produsen pupuk berskala kecil yang masih menggunakan bahan bakar batu bara, saat ini banyak yang ditutup operasinya oleh pemerintah China. Pasalnya, negara tersebut sedang memacu peralihan penggunaan bahan bakar industri dari batu bara ke energi hijau terbarukan.
Di sisi lain lanjutnya, para produsen besar pupuk di Negeri Panda juga sedang melakukan peremajaan alat produksinya. Alhasil, permintaan pupuk sejumlah negara yang selama ini diperoleh dari China, dialihkan ke negara lain seperti Indonesia.
“Di tengah turunnya produksi pupuk China, permintaan pupuk dari India justru sedang tinggi-tingginya. Akibatnya, kita mendapatkan limpahan permintaan tersebut,” ujarnya.
Selain itu, menurut Dadang, laju ekspor pupuk Indonesia pada tahun ini juga didorong oleh adanya musim kemarau yang panjang. Gangguan alam itu membuat permintaan pupuk nonbersubsidi domestik tidak sekuat tahun lalu, sehingga membuka ruang bagi para produsen untuk menjual produknya ke luar negeri.
Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang Januari--Juli 2019 nilai ekspor pupuk dari Indonesia naik menjadi US$576,48 juta. Perolehan tersebut naik 55,27% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$371,27 juta.