Bisnis.com, JAKARTA - Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) diproyeksikan dapat menjadi salah satu simpul utama perdagangan dunia yang baru.
Ekonom senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa di tengah ketidakpastian dan pelambatan perdagangan global, RCEP diproyeksikan menjadi salah satu harapan baru untuk melawan tren negatif tersebut.
Menurutnya, terintegrasinya perdagangan sejumlah kekuatan ekonomi utama Asia dalam pakta kerja sama RCEP, akan memberikan efek yang besar terhadap perekonomian terutama perdagangan global. Hal itu diharapkan dapat melawan tren proteksionisme yang dikhawatirkan dapat makin menekan arus globalisasi.
“RCEP akan menjadi episentrum perdagangan dunia baru. Kita tahu, AS sedang disibukkan dengan masalah proteksionismenya dan konflik dengan China. Uni Eropa sedang ribet dengan merenggangnya integrasi antarnegara anggota. Ke depan Asia menjadi kunci perdagangan dunia, terlebih dengan adanya RCEP,” katanya, dalam simposium internasional Asia’s Trade and Economic Priorities 2020, Selasa (29/10/2019).
Untuk itu dia mengharapkan RCEP dapat mencapai tahap konklusi negosiasi pada tahun ini dan dilanjutkan penandatanganan kesepakatan memulai ratifikasi pada 2020.
Dia mengakui sulitnya menyatukan keinginan India dan China dalam RCEP, menjadi salah satu kendala utama penyelesaian pakta kerja sama ekonomi komprehensif tersebut. Namun, menurutnya kedua negara, telah memiliki kesepakatan penting yang dapat mengakomodasi keinginan masing-masing negara.
“Negara anggota RCEP, terutama India dan China sepakat adanya ketentuan, bahwa ketika terjadi banjir impor tiba-tiba akibat dilaksanakannya RCEP, maka negara yang menjadi korban berhak memberlakukan trade remedies sewaktu-waktu. Trade remedies itu bisa dilakukan tanpa harus melalui proses panjang penyelidikan dan investigasi,” katanya.
Indonesia, menurutnya dapat memperoleh manfaat yang besar dari selesainya RCEP. Pasalnya Indonesia akan mendapatkan kemudahan dalam memasuki rantai pasok global terbesar di dunia yang melibatkan negara-negara ekonomi utama Asia.
“Tinggal pekerjaan rumah kita saat ini adalah memperbaiki daya saing dalam negeri kita. Sebab kita harus siap bersaing dan merebut manfaat dari RCEP ini,” jelasnya.
David Vines, profesor dari University of Oxford mengatakan negara-negara di seluruh dunia saat ini sedang menantikan terbentuknya RCEP dan kepemimpinan Asia di perdagangan global. Pasalnya, dunia tidak lagi dapat bergantung pada negara-negara seperti AS dan Uni Eropa sebagai negara ‘lokomotif’ utama ekonomi global.
“RCEP adalah salah satu kunci Asia mengambil alih peran kepemimpinannya dalam perekonomian dan terutama perdagangan global . RCEP akan menjadi harapan baru di tengah meningkatnya pesimisme publik di berbagai belahan dunia terhadap perdagangan global,” ujarnya.
Dia mengatakan, dalam RCEP, mayoritas negara anggota kecuali India telah saling terintegrasi dalam rantai pasok global. Dia meyakini dengan masuknya India dalam rantai pasok negara-negara anggota RCEP lainnya, maka akan menciptakan kekuatan baru di sektor ekonomi dan perdagangan dunia.
“Selama ini kita sulit melihat kerja sama ekonomi atau perdagangan antara India dan China, karena ego yang kuat dari masing-masing negara. Ketika RCEP bisa menyatukan kedua negara itu dalam satu platform kerja sama, maka kita akan melihat sebuah lompatan yang besar di dalam globalisasi dunia,” ujarnya.