Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menegaskan akan mendorong kebijakan stimulus fiskal untuk membalikkan laju konsumsi rumah tangga yang mulai melemah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2019 berada di bawah level psikologis 5 persen (yoy), yakni di angka 4,97 persen (yoy). Sebelumnya, konsumsi rumah tangga tumbuh di bawah 5 persen pada kuartal I/2019, sebesar 4,96 persen (yoy).
"2019 kita lihat konsumsi rumah tangga agak turun, di bawah 5%. Sekarang akan kita stimulus dengan peningkatan kaartu sembako," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Per Maret 2020, bantuan yang disalurkan melalui kartu sembako bakal ditambah nominalnya dari Rp150.000 per bulan menjadi Rp200.000 per bulan kepada 15,2 juta keluarga penerima manfaat.
Penambahan sebesar Rp50.000 tersebut bakal dinikmati oleh penerima manfaat selama 6 bulan terhitung sejak Maret 2019. Implikasinya, total anggaran yang bakal digelontorkan akan bertambah sebesar Rp4,56 triliun dari Rp28,08 triliun dalam APBN 2020.
Sebagai catatan, per Februari 2019 bantuan melalui kartu sembako tercatat sudah terealisasi sebesar Rp4,46 triliun dan telah diterima oleh 15,05 juta penerima manfaat. Menurut penghitungan Kementerian Keuangan, tambahan manfaat sebesar Rp50.000 tersebut bakal meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar 0,034 persen dan akan menekan angka kemiskinan hingga 0,114%.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengakui adanya perlambatan pada konsumsi rumah tangga.
"Kebetulan demand side kita lemah. Konsumsi rumah tangga pada 2019 mencapai level terendah hanya tumbuh di bawah 5%," kata Destry, Rabu (26/2/2020).