Staf pengajar Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Mirzam Abdurrachman menjelaskan, dalam gunung api ada yang disebut sebagai Volcanic Explosivity Index (VEI).
VEI memiliki rentang nilai dari 0-8. Semua gunung api yang memiliki rentang nilai tersebut ada di Indonesia, sementara dengan rekor tertinggi atau skala 8 dimiliki oleh Toba.
“Merapi ini memiliki nilai VEI-3, artinya berada di posisi tengah atau termasuk gunung eksplosif, yang terjadi kemarin adalah letusan eksplosif yang merupakan tipikal dari letusan Gunung Merapi” ujarnya dalam keterangan pers yang dikutip dari situs resmi ITB, Kamis (5/3/2020).
VEI berfungsi untuk mengukur derajat suatu letusan gunung api. Menurutnya, cara menghitungnya cukup sederhana yaitu berapa volume yang dikeluarkan atau secara visual bisa diamati dengan melihat berapa tinggi kolom erupsinya.
"Melalui kejadian erupsi Gunung Merapi, masyarakat sebetulnya bisa mengetahui berdasarkan data yang ada bahwa ketinggian kolom 6.000 meter itu berada dalam skala VEI-3," ujarnya.
Dia menambahkan, interval waktu letusan gunung yang berada dalam VEI-3 adalah biasanya erupsi tiga kali per tahun. Jika membandingkan dengan letusan Gunung Merapi pada 2018, sebelumnya gunung tersebut erupsi dengan ketinggian kolom yaitu 5.500 meter.
Jika melihat sekilas, tentu ada peningkatan energi dengan tahun 2020. Mirzam menambahkan, peningkatan tersebut bisa diartikan 2 hal, menunjukkan bahwa Gunung Merapi aktivitasnya akan berangsur naik, atau sebaliknya berangsur turun.
Untuk mengatahui ini, pemantauan secara komprehensif beberapa parameter seperti seismisitas, perubahan ukuran tubuh gunung api, pendeteksian jenis gas yang dilepaskan dan juga perubahan temperatur akan memberikan jawaban yang lebih pasti.