Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku bisnis batu bara khawatir virus corona (Covid-19) memperburuk kinerja industri yang relatif masih tertekan.
Investor Relations Manager PT Samindo Resources Tbk (MYOH) Ahmad Zaki Natsir mengatakan adanya wabah ini memperburuk kondisi industri batu bara yang sedang kurang sehat.
Terlebih, asal virus ini awalnya dari China, yang merupakan konsumen batu bara terbesar. "Hal ini tentu dampaknya konsumsi China akan turun," ujarnya kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).
Sebelum Corona, lanjutnya, kondisi industri batu bara sudah dirasa berat. Oleh karena itu, untuk mengatasi semakin tertekannya induatri batu bara akibat corona, perusahaan telah menyiapkan sejumlah strategi yang dilakukan yakni melalukan efisiensi biaya untuk menjaga profitabilitas.
"Kami sendiri juga melakukan efisiensi biaya, seperti negosiasi harga dengan vendor-vendor kami, optimalisasi alat-alat dan meningkatkan kedisplinan," tutur Ahmad.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava menuturkan virus corona sampai saat ini belum berdampak. Kegiatan ekspor batu bara masih berlangsung normal.
Baca Juga
Namun demikian, perusahaan melakukan pengawasan ketat pada standar pemeriksaan kapal untuk memastikan bahwa kapal bebas dan bersih dari virus.
"Kami akan tetap menilai dampak virus corona terhadap pasar di kuartal berikutnya sehingga perusahaan bisa mempertimbangkan langkah antisipasi jika diperlukan," ucapnya.
Perusahaan masih mempertahankan produksi batu bara sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Belanja (RKAB) baik PT Kaltim Prima Coal (KPC) maupun PT Arutmin Indonesia.
Sementara itu, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Febriati Nadira menuturkan perusahaan belum merasakan dampak langsung dari merebaknya virus Corona ini terhadap ekspor batu bara Adaro.
Perusahaan memiliki banyak pelanggan di berbagai negara dengan portfolio market yang berimbang sehingga Adaro memiliki fleksibilitas untuk shifting volume jika diperlukan.
"Dari total volume penjualan Adaro, 71 persen volume penjualan adalah ke pasar Asia Tenggara & Asia Timur di luar China sedangkan volume penjualan ke China di 2019 adalah 12 persen," katanya.
Perusahaan pun tetap meyakini dengan fundamental jangka panjang pasar batu bara, yang mendapat dukungan dari wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Hal ini seiring upaya mereka mengejar pembangunan ekonomi dan meningkatkan sektor ketenagalistrikan.