Bisnis.com, JAKARTA - Menghadapi pandemi dan resesi global yang mengguncang sejak tahun lalu, China telah mengoordinasikan langkah penanganan dan pembangunan ekonomi sosial. Berkat upaya ini, ekonomi China telah kembali bangkit, menjadikan satu-satunya ekonomi utama dunia yang berhasil merealisasikan pertumbuhan positif.
Pertama, ekonomi bertumbuh relatif pesat. Pada kuartal I/2021, PDB China mencapai 24,93 triliun yuan (sekitar Rp54.900 triliun), naik 18,3% dibandingkan dengan kuartal I/2020, dan naik 0,6% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Angka ini 10,3% lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian kuartal I/2019, sehingga ekonomi rata-rata bertumbuh 5,15% dalam dua tahun terakhir.
Kedua, situasi ketenagakerjaan stabil. Penyerapan tenaga kerja terus meningkat. Jumlah lapangan kerja baru bagi warga perkotaan sepanjang kuartal I/2021 sebesar 2,97 juta, telah merealisasikan 27% target tahunan. Sementara itu, tingkat pengangguran perkotaan pada kuartal I rata-rata sebesar 5,4%, turun 0,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Ketiga, produksi dan penjualan industri melesat. Nilai tambah industri nasional China pada kuartal I/2021 meningkat 24,5% secara year-on-year (yoy), atau naik 2,01% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pemanfaatan kapasitas industri juga mencetak rekor tertinggi per kuartal I sejak 2013.
Keempat, katalis baru ekonomi mengalami booming. Sektor industri manufaktur teknologi tinggi pada kuartal I/ 2021 bertumbuh 31,2% (yoy), sedangkan industri manufaktur peralatan naik 39,9% (yoy).
Produksi produk pintar rendah karbon juga mengalami pertumbuhan signifikan. Produksi mobil energi baru naik 310% (yoy), sedangkan produksi robot industri naik 110% (yoy). Selain itu, berbagai gaya hidup baru juga mengalami pertumbuhan luar biasa, termasuk live commerce, terapi online, dan kerja jarak jauh.
Kelima, animo pasar tetap bergairah. Jumlah pelaku pasar di China pada kuartal I/2021 bertambah 2,79 juta, melonjak 86% secara yoy. Di samping itu, Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor manufaktur pada Maret 2021 mencapai 51,9%, naik 1,3 basis poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sedangkan indeks aktivitas bisnis non-manufaktur mencapai 56,3%, naik 4,9% dibandingkan dengan Februari.
Keenam, konsumsi berangsur pulih. Pengeluaran konsumsi per kapita penduduk di China pada kuartal I/ 2021 mengalami peningkatan riil sebesar 17,6% (yoy), dengan pertumbuhan rata-rata 1,4% dalam dua tahun terakhir. Volume penjualan ritel barang konsumsi meningkat 33,9% yoy dengan pertumbuhan rata-rata 4,2% dalam dua tahun terakhir.
Walaupun demikian, situasi pandemi global dan ekonomi dunia saat ini masih dirundung risiko ketidakpastian dan ketidakstabilan, sehingga pertumbuhan ekonomi China tetap menghadapi banyak tantangan. Karena itu, kami akan memperkuat ritme pengendalian makro dan mempercepat pemberian vaksinasi Covid-19 secara gratis.
Akan diperkuat pula kebijakan yang memprioritaskan penyerapan tenaga kerja serta menjamin ketersediaan pekerjaan, khususnya bagi pekerja migran dan lulusan universitas. Pemerintah juga akan mengambil kebijakan yang lebih adil dan inklusif untuk meningkatkan dukungan bagi pelaku pasar, serta akan mengoptimalkan kebijakan pengurangan pajak bagi sektor UMKM.
China juga akan terus meningkatkan iklim konsumsi serta mendorong integrasi digital pada berbagai aktivitas konsumsi. Digenjot pula pembangunan infrastruktur baru, pembangunan urbanisasi baru, serta proyek vital bidang transportasi dan konservasi air.
Dalam hal pelestarian lingkungan, kami berkomitmen mewujudkan pengurangan dan netralitas emisi karbon, memperkuat upaya pencegahan polusi dan perbaikan ekologi serta meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya secara menyeluruh.
Masyarakat internasional menaruh kepercayaan penuh terhadap prospek pembangunan ekonomi China. Bank Dunia dan IMF baru-baru ini menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2021 masing-masing menjadi 8,1% dan 8,4%. OECD memperkirakan China akan menyumbang lebih dari sepertiga pertumbuhan ekonomi global 2021.
China dan Indonesia adalah mitra ekonomi perdagangan yang penting. Perekonomian kedua negara bersifat saling melengkapi, dengan rantai industri dan pasokan yang saling terintegrasi secara mendalam.
Peningkatan ekonomi China yang berkesinambungan berperan positif bagi peningkatan kerja sama ekonomi perdagangan antara kedua negara. Volume perdagangan bilateral pada 2020 mencapai US$78,37 miliar, dengan impor dari Indonesia meningkat 10,13% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan kedua negara semakin seimbang.
Selain itu, investasi langsung China di Indonesia telah mencapai US$2 miliar, meningkat 86,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kerja sama ekonomi dan perdagangan tersebut telah memberi kontribusi positif untuk mengatasi dampak pandemi terhadap perekonomian masing-masing negara.
Kedua negara saat ini sama-sama berada pada fase kritis pembangunan nasional. China siap bekerja sama dengan Indonesia untuk memperkuat kerja sama penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, juga berbagi keuntungan dari pertumbuhan ekonomi, demi menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kemajuan kedua negara.