Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Sapi Bakalan Impor Diprediksi Turun 2022

Laporan tengah tahun Joint State of the Industry (JSOI) 2021 yang dirilis The Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector (Partnership) memprediksi harga sapi bakalan akan tetap tinggi hingga April atau Mei 2022.
Pekerja sedang memberi makan sapi di usaha penggemukan sapi atau feedlot/Bisnis
Pekerja sedang memberi makan sapi di usaha penggemukan sapi atau feedlot/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Usaha penggemukan sapi (feedlot) hanya bisa bertahan dan beroperasi dengan kapasitas terbatas, menyusul harga sapi bakalan impor Australia yang diprediksi baru akan turun pada paruh kedua 2022.

Laporan tengah tahun Joint State of the Industry (JSOI) 2021 yang dirilis The Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector (Partnership) memprediksi harga sapi bakalan akan tetap tinggi hingga April atau Mei 2022. Di sisi lain, populasi sapi Australia sejauh ini masih berada pada fase pemulihan sehingga pasokan masih lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan.

“Anggota Gapuspindo sekitar 39, yang masih beroperasi barangkali hanya 30 usaha dan itu dengan kapasitas 50 sampai 60 persen,” kata Ketua Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gapuspindo) Didiek Purwanto, Rabu (8/9/2021).

Didiek mengemukakan harga tinggi sapi bakalan Australia selama setahun terakhir mempersulit kelanjutan bisnis. Biaya produksi yang tinggi tidak diikuti dengan serapan optimal konsumen selama pandemi.

Sebagai destinasi utama ekspor sapi bakalan Australia, Didiek berpendapat pemerintah Negeri Kanguru seharusnya bisa mengambil langkah intervensi agar peternak di sana tetap bisa melakukan pengiriman.

Data menunjukkan bahwa ekspor sapi bakalan selama semester I/2021 turun 11 persen dibandingkan dengan semester I/2020.

“Indonesia perlu dilihat sebagai mitra, pemerintah di sana perlu mengambil langkah intervensi dan mengajak peternaknya mengamankan pasar,” katanya.

Di sisi lain, Didiek mengemukakan bahwa Indonesia perlu segera merealisasikan importasi sapi bakalan dari negara alternatif sebagaimana mulai dilakukan oleh Vietnam dan China.

Namun, dia memberi catatan agar impor dari negara alternatif seperti Brasil atau Meksiko tetap mengedepankan aspek keamanan.

Industri sapi Australia yang menghadapi masalah populasi dan harga tinggi mengakibatkan produsen lain mengambil peluang.

Amerika Serikat tercatat memanfaatkan situasi Australia dengan memasok daging sapi dalam jumlah besar ke pasar China. Brasil dan Argentina juga tercatat memecah rekor ekspor ke China pada 2020.

Selain itu, Brasil diperkirakan akan mengekspor sapi bakalan hidup ke Asia Tenggara yang diawali dengan pengiriman ke Vietnam pada Agustus atau September 2021.

“Brasil memang belum bebas penyakit kuku dan mulut, tetapi ada negara bagian yang sudah dinyatakan bebas tanpa vaksinasi. Selain itu populasi sapi mereka besar, sekitar 250 juta,” kata Didiek.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper