Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menilai pertumbuhan positif dari sektor logistik akan berdampak buruk terhadap kualitas hidup di perkotaan.
Kepala BPTJ Polana B. Pramesti mengatakan bahwa saat ini pertumbuhan penduduk Jabodetabek sangat masif dibandingkan dengan kota besar lainnya.
Hal itu tecermin dari tingginya mobilitas dan kemacetan lalu lintas yang tentunya menyebabkan beban Jabodetabek semakin besar.
“Adanya korelasi positif mengakibatkan jumlah kebutuhan terhadap logistik yang dalam hal ini juga mencakup transportasi barang di daerah perkotaan tentunya juga turut meningkat. Di luar manfaat besar yang diberikan, kondisi tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan dampak buruk pada kualitas hidup di perkotaan,” katanya dalam webinar Membangun Logistik Perkotaan Berkelanjutan di Jabodetabek, Selasa (28/9/2021).
Dia menuturkan, berdasarkan sebuah studi mengenai angkutan barang perkotaan, lalu lintas barang mempresentasikan 8–15 persen dari total arus lalu lintas.
Sayangnya, pertumbuhan layanan logistik dan kendaraan barang di daerah perkotaan tidak hanya memperburuk kondisi jalan raya dan menciptakan kemacetan lalu lintas, tapi juga berkontribusi pada kerusakan lingkungan perkotaan secara keseluruhan.
“Kontribusi angkutan barang terhadap memburuknya lingkungan perkotaan semakin nyata. Menurut kajian, angkutan barang di perkotaan menghasilkan emisi mencapai 25 persen CO2 dan 30–35 persen NOX, serta beberapa partikel penyerta lainnya,” sebut Polana.
Bukan itu saja, dia juga menyebut kebisingan atau polusi suara di perkotaan juga menjadi salah satu produk sampingan dari angkutan barang yang patut mendapat perhatian.
Bahkan, tambah Polana, berbagai perubahan lingkungan strategis juga turut mempengaruhi logistik perkotaan. Di antaranya adalah revolusi industri 4.0 yang telah menciptakan tren baru dalam berbelanja dan mulai banyak dipraktekkan kaum urban.
“Isu lainnya, yaitu adanya pelanggaran dimensi kendaraan angkutan barang atau ODOL,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut, Jabodetabek merupakan kawasan aglomerasi terbesar di Asia, ditambah dengan keberadaan lebih dari 10 kawasan industri besar yang berbanding lurus dengan aktivitas logistik.
Menurutnya, industri logistik hampir selalu selangkah lebih maju. Pola berbelanja masyarakat juga mengalami perubahan, seperti tren berbelanja daring yang tentu harus direspons dengan cepat oleh dunia industri.
“Namun aktivitas logistik perkotaan tersebut dapat memicu dampak negatif pada kualitas di kota. Hal inilah yang harus diantisipasi dan direspons sigap oleh pengambil kebijakan,” tuturnya.
Budi menambahkan, hingga saat ini Jabodetabek masih harus bergelut dengan isu kemacetan yang disebabkan oleh angkutan penumpang dan pertumbuhan angkutan barang yang signifikan, masalah emisi yang dihasilkan, hingga degenerasi kondisi infrastruktur jalan.
“Kontribusi dari kendaraan barang tidak bisa diabaikan. Hal ini patut jadi perhatian kita semua. Jangan sampai logistik perkotaan menjadi salah satu permasalahan yang berlarut karena tidak kunjung dibenahi,” imbuh Budi.