Bisnis.com, JAKARTA — Produsen farmasi PT Indofarma Tbk. (INAF) membidik pertumbuhan dua digit pada tahun depan dengan mengembangkan produk dan bisnis baru.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan perseroan merencanakan penambahan lini bisnis baru seperti alat kesehatan dan obat herbal. Selain itu, penyediaan alat kesehatan dan obat-obatan juga akan melibatkan kerja sama operasi (KSO) dengan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta.
"Jadi tidak harus jual-beli, tapi kami bisa dalam bentuk KSO dan bisnis-bisnis baru yang akan kami kembangkan tentunya yang related dengan industri farmasi," kata Arief ditemui usai acara Bisnis Indonesia BUMN Award di Jakarta, Selasa (30/11/2021).
Dia menuturkan penjualan obat sepanjang tahun ini diperkirakan tumbuh sekitar 15 persen. Tren penurunan kasus Covid-19 menurutnya berdampak pada kinerja penjualan meski tak signifikan.
Arief menuturkan selama pandemi Covid-19, industri farmasi justru mengalami penurunan pertumbuhan. Penjualan obat dan alat kesehatan terkait Covid-19 membantu menopang kinerja industri. Sedangkan penjualan obat non Covid, meski terjadi peningkatan, tetapi nilainya juga tidak besar.
"Secara industri, farmasi masih negatif growth. Kami di Indofarma beruntung tidak mengalami negative growth," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Muhammad Taufiq mengatakan industri farmasi masih akan terus bertumbuh di tengah tren penurunan kasus Covid-19 di Tanah Air.
"Diperkirakan [industri kimia, farmasi, dan obat tradisional] masih akan terus tumbuh di masa depan. Proyeksi ini berdasarkan fakta kebutuhan obat di dalam negeri saat ini sudah dipenuhi oleh industri farmasi di dalam negeri," ujarnya.
Taufiq mengatakan sekitar 76 persen kebutuhan obat telah mampu disuplai oleh industri farmasi domestik. Sedangkan 24 persen sisanya yang masih diimpor merupakan obat-obat paten dan berteknologi tinggi.