Bisnis.com, JAKARTA - World Bank atau Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan di Asia Timur dan Pasifik menjadi 5 persen dari 5,4 persen. Bahkan, lembaga keuangan internasional ini memperingatkan perlambatan hingga 4 persen.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (5/4/2022), revisi proyeksi ini menunjukkan adanya dampak besar dari perang di Ukraina, kenaikan suku bunga acuan federal Reserve, dan perlambatan ekonomi di China.
Tak hanya itu, kemacetan rantai pasok yang berlanjut telah memukul manufaktur dan mengerek harga, seperti dilaporkan dalam Spring 2022 East Asia and Pacific Economic Update.
Kepala Ekonom Bank Dunia Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan tahun depan akan penuh dengan tantangan.
“Ini akan menjadi tahun yang sulit bagi kawasan ini, tidak ada yang akan kebal terhadap guncangan yang kami gambarkan,” kata Mattoo.
China yang berkontribusi hingga 86 persen produksi di kawasan itu, akan tumbuh 5 persen dalam skenario dasar dan 4 persen dalam skenario terburuk.
Baca Juga
Dalam paparannya, lembaga yang berbasis di Washington D.C. ini mengungkapkan bahwa perusahaan di kawasan ini telah melaporkan adanya tunggakan pembayaran lantaran kejutan pada permintaan dan pasokan.
Kondisi itu akan diikuti dengan penurunan pendapatan rumah tangga seiring dengan kenaikan inflasi dan utang pemerintah akan membatasi ruang fiskal. Adapun kenaikan harga dapat menekan pelonggaran bank sentral.
Oleh karena itu, lender internasional merekomendasikan agar adanya bantuan bagi individu dan pelaku usaha tertentu, pengujian lembaga keuangan untuk mengidentifikasi risiko, dan mengubah kebijakan terkait perdagangan barang dan jasa.
Lebih lanjut, Bank Dunia ini juga mendorong peningkatan keahlian dan persaingan pelaku usaha dengan mengadopsi teknologi digital.