Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan untuk perhiasan emas diperkirakan akan menurun seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara maju yang mengalami perlambatan ke depannya.
World Gold Council dalam laporan triwulanannya mengungkapkan bahwa kombinasi dari kebijakan ketat Zero Covid di China dan sektor real-estat yang sedang berjuang kemungkinan akan menyebabkan pemulihan permintaan yang lambat.
India, konsumen teratas lainnya, akan mengalami tren penurunan pembelian perhiasan karena jatuhnya rupee dan bea masuk yang lebih tinggi.
Permintaan perhiasan melemah setelah 2021, didorong oleh lockdown di China dan penguatan dolar AS yang membuat emas yang dibeli dalam mata uang lokal lebih mahal.
Harga spot emas telah merosot setelah naik mendekati rekornya, akibat invasi Rusia ke Ukraina.
"Karena banyak negara menghadapi pelemahan ekonomi dan krisis biaya hidup terus menekan pengeluaran, permintaan yang didorong konsumen kemungkinan akan melunak, meskipun harus ada kantong kekuatan," ujar Analis Senior World Gold Council Louise Street yang dikutip dari Bloomberg.
Pembelian emas oleh investor diperkirakan akan datar sepanjang sisa tahun ini karena kebijakan moneter yang lebih ketat oleh bank sentral mengurangi daya pikat aset tanpa bunga, menurut World Gold Council.
Permintaan emas batangan dan koin kemungkinan akan tetap sehat karena latar belakang ekonomi yang suram.
Dari data World Gold Council, permintaan perhiasan emas China turun 42 persen (qtq) pada kuartal II/2022. Adapun secara tahunan, nilainya turun 2 persen (yoy).
Sementara itu, pembelian perhiasan emas global turun 4 persen dari kuartal sebelumnya, didorong oleh penurunan pembelian di China.
Namun, bank sentral tercatat menambah pasokan emasnya sebanyak 180 ton pada kuartal II/2022, atau dua kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya.