Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Naik Lagi, Bank Sentral Australia Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 1,85 Persen

Reserve Bank of Australia (RBA) menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin pada pertemuan kebijakan hari ini.
Seorang pebisnis melintasi kantor bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) di Sydney./Reuters-Jason Reed
Seorang pebisnis melintasi kantor bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) di Sydney./Reuters-Jason Reed

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA) kembali menaikkan suku bunga acuan untuk bulan ketiga berturut-turut guna menekan lonjakan inflasi.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (2/8/2022), RBA menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 1,85 persen pada pertemuan kebijakan yang berakhir hari ini. Kenaikan ini membuat suku bunga naik 1,75 persen sejak Mei 2022.

Di sisi lain, suku bank sentral mengindikasikan dapat mengubah mengubah jalur kenaikan suku bunga jika prospek ekonomi memburuk setelah menerapkan pengetatan kebijakan.

Gubernur RBA Pilip Lowe mengatakan bank sentral dapat mengambil langkah lebih lanjut dalam proses normalisasi kondisi moneter selama beberapa bulan ke depan, tetapi tidak pada jalur yang telah ditentukan sebelumnya.

"Ukuran dan waktu kenaikan suku bunga di masa mendatang akan dipandu oleh data ekonomi yang masuk,” ungkap Lowe seperti dikutip Bloomberg, Selasa (2/8/2022).

Dolar Australia melemah dan obligasi menguat karena pasar menafsirkan pernyataan Lowe bahwa RBA mengikuti kebijakan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell untuk memberi dirinya lebih banyak fleksibilitas pada kebijakan.

"Meskipun bahasa dan sentimen bukanlah hal baru, penekanannya tampak sedikit lebih kuat dalam meletakkan dasar kembali ke langkah pengetatan yang lebih moderat," kata Su-Lin Ong, kepala ekonom Australia di Royal Bank of Canada.

RBA mengikuti jejak bank-bank sentral lainnya di dunia yang melakukan pengetatan kebijakan secara agresif untuk mencegah inflasi melonjak di luar kendali. Inflasi utama di Australia pada kuartal terakhir berada dua kali lipat dari target bank sentral sebesar 2-3 persen.

Lowe yakin ekonomi dapat mengatasi siklus pengetatan kebijakan agresif ini karena rumah tangga tetap mendapatkan uang dari stimulus era pandemi dan pengangguran berada pada level terendah dalam 48 tahun terakhir di level 3,5 persen.

Ekonom senior PropTrack Eleanor Creagh mengatakan seberapa cepat dan tingginya suku bunga naik akan ditentukan oleh bagaimana rumah tangga bertahan dari inflasi yang tinggi dan penurunan harga rumah.

"Dinamika ini juga akan menjadi sumber utama ketidakpastian bagi pasar perumahan dan kecepatan serta kedalaman penurunan harga," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper