Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Ungkap Ancaman Terbesar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang tinggi pada kuartal II/2022, sejumlah skenario menyeramkan terhadap perekomian global masih membayangi Indonesia
Gubernur Bank Indonesia (BI) dalam acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Senin (11/7/2022). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia (BI) dalam acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Senin (11/7/2022). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa lonjakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan dan energi di tingkat global saat ini menjadi tantangan utama bagi perekonomian domestik.

Dalam banyak skenario dari para ekonom, perekonomian dunia saat ini diperkirakan akan menurun dan menuju resesi, bahkan stagflasi, di berbagai negara.

Di samping itu, pengetatan kebijakan moneter melalui kenaikan suku bunga acuan yang tinggi mulai dilakukan oleh negara maju. Hal ini juga memberikan tantangan bagi perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Harga energi, harga pangan melambung tinggi di seluruh dunia, dan suku bunga di negara maju naik sangat tinggi, dunia sedang bergejolak,” katanya dalam acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, Rabu (10/8/2022).

Sementara itu, dia menyampaikan, perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih tinggi pada kuartal II/2022 sebesar 5,44 persen secara tahunan, meski belum pulih ke kondisi sebelum pandemi Covid-19.

“Yang jadi masalah adalah inflasi harga-harga. Inflasi kita sudah hampir 5 persen, 4,94 persen, masih lebih rendah dari negara lain, tapi kita harus lihat inflasi ini,” jelasnya.

Berdasarkan komponennya, inflasi tertinggi pada Juli 2022 tercatat pada komponen harga bergejolak atau volatile food yang mencapai 11,47 persen secara tahunan, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 10,07 persen.

Perry menyampaikan, inflasi pangan yang tinggi tersebut perlu menjadi perhatian utama. Pasalnya, inflasi pada komponen ini akan menyebabkan permasalahan sosial ekonomi di masyarakat.

“Mestinya inflasi pangan tidak lebih dari 5 persen, atau paling tinggi 6 persen. Inflasi pangan itu adalah masalah perut, masalah rakyat, dan itu langsung mempengaruhi ke kesejahteraan, ini bukan masalah ekonomi saja, tapi masalah sosial juga,” katanya.

Pada hari ini, BI meluncurkan Gerakan Nasional (Gernas) Pengendalian Inflasi Pangan. Perry mengatakan, dengan terbentuknya Gernas ini, inflasi pangan diharapkan dapat turun ke level 6 persen.

“Jangan sampai daya beli masyarakat turun karena inflasinya 11,47 persen. Kita harus turunkan paling tinggi 6 persen, kalau bisa 5 persen,” kata Perry.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper