Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tumbuh positif pada September 2022.
Posisi M2 pada September 2022 tercatat sebesar Rp7.962,7 triliun, tumbuh 9,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 9,5 persen yoy.
“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit [M1] sebesar 13,5 persen yoy serta pertumbuhan uang kuasi sebesar 3,8 persen yoy,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Senin (24/10/2022).
M1 yang terdiri atas uang kartal di luar bank umum dan BPR, giro rupiah, serta tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu, tumbuh melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,7 persen yoy.
Jika dirincikan, giro rupiah tumbuh 24 persen yoy pada September 2022, setelah bulan sebelumnya tumbuh sebesar 24,1 persen yoy.
Dana float yang elektronik pada September 2022 tercatat sebesar Rp9,6 triliun, juga tumbuh melambat menjadi 17,3 persen dari bulan sebelumnya yang tumbuh 22,2 persen yoy.
Baca Juga
Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu tercatat sebesar Rp2.166,7 triliun, tumbuh 9,2 persen yoy, setelah bulans ebelumnya tumbuh 9,9 persen yoy.
Uang kuasi pun yang tercatat mencapai Rp3.454,2 triliun pada September 2022 tumbuh melambat sebesar 3,8 persen yoy, dari bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,6 persen yoy.
Perkembangan pertumbuhan uang kuasi ini terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan giro valas dari 27 persen yoy pada Agustus 2022 menjadi 20,6 persen yoy.
Sejalan dengan itu, tabungan lainnya tumbuh sebesar 14,6 persen yoy, melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,3 persen yoy.
Lebih lanjut, simpanan berjangka pada September 2022 terkontraksi sebesar 0,03 persen, membaik dari kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 0,3 persen yoy.
Kontraksi pada surat berharga terkontraksi sebesar 0,1 persen yoy, juga membaik dari kontraksi pada bulan sebelumnya yang mencapai 4,7 persen yoy.