Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics atau Core Indonesia menilai bahwa kenaikan inflasi masih akan terjadi pada Oktober 2022 hingga akhir tahun, karena masih ada efek transmisi dari kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM.
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM memiliki efek rambatan terhadap inflasi. Pertama, kebijakan itu menaikkan komponen inflasi harga diatur pemerintah (administered price).
Naiknya harga BBM berimbas kepada kenaikan harga pangan dan transportasi. Menurut Faisal, kenaikan komponen inflasi volatile food memiliki jeda waktu dari pemberlakuan kebijakan harga BBM, sehingga efeknya masih akan terlihat pada Oktober 2022.
"Masih ada transmisi dari kenaikan harga BBM. Inflasi Oktober 2022 prediksi kami di bawah 0,4 persen secara bulanan [month-to-month/MtM], tetapi November dan Desember 2022 akan lebih tinggi," ujar Faisal kepada Bisnis, Senin (31/10/2022).
Pada akhir tahun 2022, Core meyakini bahwa inflasi berpotensi mencapai di atas 6 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Hal itu sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia bahwa laju inflasi 2022 bisa mencapai 6,3 persen (YoY).
Berdasarkan data Bloomberg, hingga Senin (31/10/2022) terdapat 16 lembaga yang sudah merilis proyeksi inflasi Oktober 2022. Rata-rata proyeksi dari seluruh lembaga itu adalah kenaikan inflasi 0,16 persen (MtM).
Baca Juga
Proyeksi inflasi Oktober 2022 tertinggi berada di level 0,64 persen (MtM), sedangkan yang terendah adalah -0,08 persen. Artinya, rata-rata ekonom meyakini bahwa akan terjadi kenaikan inflasi secara bulanan, tetapi ada pula yang melihat peluang penurunan.