Bisnis.com, JAKARTA – Chief Economist dan Managing Director DBS Bank Taimur Baig mengungkapkan potensi ekonomi Indonesia menjadi motor penggerak ekonomi negara-negara di Asia Tenggara tercermin dari tingkat ketahanan makro dan keuangan yang cukup tinggi.
Baig mengatakan dari sistem keuangan, perbankan, perekonomian, dan rendahnya ketergantungan pada perdagangan global, membuat ekonomi Indonesia lebih tangguh ketimbang negara Asean lainnya.
“Oleh karena itu, di saat kita resah akan prospek global, kami yakin Indonesia mampu menunjukkan perbedaannya dalam skala global karena memiliki tingkat ketahanannya sendiri di sisi ekonomi makro dan keuangan,” ujarnya dalam keterangan resmi DBS Asian Insight Forum, Rabu (15/3/2023).
Terlebih, tahun ini Indonesia memegang keketuaan Asean yang membantu memantapkan sistem perdagangan sesuai rule-based system.
Dalam acara yang digelar DBS Bank sebagai bentuk dukungan keketuaan Indonesia di Asean, turut hadir Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, dan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.
ASEAN tercatat memiliki total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$3,3 triliun pada 2021, menjadikannya berada di posisi kelima di antara negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, China, Jepang, hingga Jerman. Pada 2022, pertumbuhan PDB riil Asean memperlihatkan iklim ekonomi yang cukup bergeliat, yakni menyentuh 5,2 persen.
Baca Juga
Sementara itu, Ekonom dan Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menekankan bahwa Indonesia turut menjadi negara dengan ekonomi terbesar kesepuluh di dunia berdasarkan purchasing power parity (PPP). Selain itu, termasuk dalam 20 besar dunia dalam hal PDB.
Kondisi ini menjadi indikasi bahwa Indonesia memiliki pengaruh besar di panggung internasional.
“Secara global, posisi Indonesia masih berjalan baik. Menurut International Monetary Fund (IMF), Indonesia masih akan tumbuh 4,6 persen pada 2023 dan ini masih jauh lebih baik daripada negara Asia lainnya. Ini disebabkan oleh good policy respon pemerintah,” jelasnya.
Bukti bahwa potensi Indonesia untuk memimpin ekonomi di Asia Tenggara yaitu pertumbuhan ekonomi yang terus positif dan di atas 5 persen, lebih tinggi dari Singapura (3,65 persen) dan Thailand (2,59 persen).
Menko Airlangga menyatakan bahwa probabilitas Indonesia untuk terkena resesi juga hanya tiga persen, yang artinya 97 persen relatif aman. Selain itu kondisi riil PDB telah kembali seperti sebelum pandemi Covid-19 dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satunya disokong oleh hilirisasi.
“Pada 2023, laju pertumbuhan Indonesia kemungkinan akan menjadi salah satu yang terkuat di antara negara-negara ASEAN-6 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam), bersama dengan Filipina dan Vietnam,” ujar Airlangga.
Di satu sisi, Menko Marves Luhut menyinggung kebangkitan ekonomi Indonesia akan terus ditopang oleh hilirisasi dan digitalisasi yang dapat melakukan efisiensi sampai dengan 30 persen.
“Hilirisasi industri dan proses digitalisasi sangat membantu pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan digitalisasi, pemerintah bisa melakukan efisiensi sampai dengan 30 persen,” papar Luhut.
Kebangkitan ekonomi Indonesia juga tidak terlepas dari isu politik, di mana akan masuk tahun Pemilu 2024, yang diyakini tidak akan terpengaruh dari kondisi ekonomi dunia.