Bisnis.com, JAKARTA - India menarik uang kertas 2.000 rupee, nilai tertinggi saat ini, dari peredaran. Bank Sentral India memberikan tenggat waktu empat bulan kepada para konsumen dan pelaku bisnis untuk menukarkan atau menyetorkan uang kertas 2.000 rupee.
Langkah mendadak tersebut mengingatkan banyak pada demonetisasi yang mengejutkan pada 2016. Bank Sentral India atau Reserve Bank of India mengatakan bahwa uang kertas pecahan 2.000 rupee (setara US$24) telah mencapai akhir dari masa pakainya, dikutip dari Bloomberg pada Selasa (23/5/2023).
Meskipun uang kertas ini hanya menyumbang sekitar 1/10 dari total mata uang yang beredar, keputusan Bank sentral India ini memicu kebingungan hingga melahirkan meme-meme di media sosial. Media massa lokal India melaporkan adanya serbuan ke toko-toko perhiasan untuk menukarkan uang kertas ini dengan emas.
Namun, tingkat aksi baru-baru ini masih jauh berbeda dengan 2016, di mana 86 persen mata uang India tidak berlaku dalam semalam Hal itu membuat para warga yang panik mengantri di bank-bank dan mesin-mesin ATM di seluruh negeri. Terdapat laporan mengenai puluhan orang yang pingsan atau bahkan meninggal dunia ketika mereka menunggu dalam antrian berjam-jam.
Berikut fakta-fakta tentang keputusan India menarik uang kertas 2.000 rupee dari peredaran
Mengapa India menarik uang kertas 2.000 rupee?
Bank sentral memperkenalkan uang kertas pecahan 2.000 rupee untuk menambah jumlah uang kertas yang beredar setelah langkah Perdana Menteri Narendra Modi pada 2016, yang menghapus uang kertas pecahan 500 rupee dan 1.000 rupee sebagai alat pembayaran yang sah.
Pencetakan uang kertas, mata uang denominasi terbesar yang digunakan, dihentikan pada 2018-2019 karena volume yang lebih besar dari denominasi lain telah tersedia dan ada pergeseran ke transaksi digital.
Pasalnya, uang kertas sering ditimbun dan ada laporan mengenai pemalsuan uang kertas berkualitas tinggi yang beredar.
Apakah langkah ini terkait dengan Pemilu India?
Pengumuman demonetisasi pada 2016 terjadi beberapa minggu sebelum pemilihan umum negara bagian dan dilihat oleh para pengkritik Modi dan partai-partai oposisi sebagai sebuah tindakan keras terhadap pengeluaran yang dilakukan oleh saingan-saingan politiknya.
Kali ini, setidaknya ada lima jajak pendapat negara bagian besar menjelang akhir tahun dan India akan mengadakan pemungutan suara nasional pada musim panas mendatang.
Bank sentral di masa lalu telah mengatakan bahwa uang tunai yang beredar biasanya meningkat di sekitar pemilihan umum. Uang kertas pecahan 2.000 rupee seringkali menjadi pilihan yang lebih disukai untuk transaksi-transaksi "uang gelap" dan korupsi karena nilai pecahannya yang lebih tinggi.