Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pengusaha ritel modern mengeluhkan harga gula yang terlampau tinggi saat ini telah menimbulkan kerugian bagi usaha mereka.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey membeberkan, sejumlah ritel telah membeli gula dari distributor dengan harga di atas Rp16.000 per kilogram.
Padahal baru pekan lalu, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) melakukan penyesuaian harga acuan penjualan (HAP) di ritel modern dari Rp14.500 - Rp15.500 per kilogram menjadi Rp16.000 - Rp17.000 per kilogram.
"Sekarang kita sudah beli [gula] sama dengan Rp16.000, bahkan beberapa ritel di daerah belinya sudah Rp16.050-Rp16.100 [per kilogram], jual rugi ya nombok," ujar Roy, Rabu (15/11/2023).
Harga gula yang terlampau tinggi berisiko pada pengurangan penjualan gula oleh ritel, hingga ancaman lonjakan inflasi. Roy menjelaskan, saat ritel mengurangi atau bahkan menghentikan penjualan gula justru akan berdampak pada hak konsumen.
Sebaliknya, saat ritel menaikkan harga gula di atas HAP juga berisiko pada lonjakan inflasi. Bahkan, menurut Roy harga gula yang terlampaui tinggi dan tidak terkontrol sudah terjadi di sejumlah daerah di luar Jawa.
Baca Juga
"Kita sih berharap [harga gula] enggak sampai naik tinggi," ucapnya.
Menyitir data panel harga pangan. Bapanas, rata-rata harga gula hari ini per 16 November 2023 secara nasional berada di level Rp16.460 per kilogram. Harga gula tersebut telah naik 6,1% month to month (mtm) dibandingkan harga pada 16 Oktober 2023 sebesar Rp15.520 per kilogram.
Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk sigap mengatasi gejolak harga gula saat ini. Khususnya memastikan pasokan gula mumpuni. Impor gula perlu dipercepat guna menekan harga di dalam negeri.
"satu hari saja membiarkan itu dampaknya signifikan. Sekarang kita berharap, pemerintah itu relevan, adaptif dan cepat. Jangan menunggu atau bahkan membiarkan," tutur Roy.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Kamis (9/11/2023), Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi membeberkan penyebab harga gula pasir saat ini tembus Rp16.160 per kilogram. Lambatnya impor gula dianggap mempengaruhi pasokan dan harga gula di dalam negeri.
Menurutnya, importir pemegang kuota seharusnya segera mengeksekusi impor sesuai waktu yang ditentukan. Meskipun gejolak harga global terjadi dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
"Sekarang harganya tinggi [gula], tanyanya ke Badan Pangan. Harusnya itu kenapa kemarin enggak importasi? Kan sudah ada izin impornya," ujar Arief.
Adapun saat ini, Arief menyebut realisasi impor gula konsumsi baru 26% dari total kuota tahun ini hampir 1 juta ton. Data prognosa neraca pangan nasional yang dihimpun Bapanas, per 20 Oktober 2023, realisasi impor gula konsumsi selama Januari - Agustus 2023 tercatat 290.801 ton.
Dia pun menegaskan agar seluruh pihak pemegang kuota impor gula saat ini baik dari swasta maupun BUMN segera merealisasikan kuota impor untuk memastikan stok gula di akhir tahun tersedia.
"Kita harus sepakat ketersediaan nomor satu, kalau tidak nanti enggak punya stok. Ini buat saya sesuatu yang enggak bagus," kata Arief.