Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Masih Punya 65 Cekungan Potensi Migas Belum Terjamah

Indonesia masih berpeluang meningkatkan cadangan migasnya seiring masih banyaknya cekungan migas yang belum tersentuh sama sekali.
Ilustrasi platform migas/Freepik
Ilustrasi platform migas/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan  masih banyak cekungan migas di Indonesia yang belum dikembangkan. Hal ini menjadi potensi bagi Indonesia untuk meningkatkan cadangan migasnya.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, masih terdapat 65 cekungan yang belum dieksplorasi sama sekali dari total 128 cekungan yang ada.

“Kita masih punya potensi 65 cekungan sekarang yang belum dilakukan eksplorasi sama sekali, yang lain-lain sudah, dari 128. Ada temuan-temuan, tapi belum dikembangkan,” kata Dwi saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Kamis (6/6/2024).

Dwi pun menjabarkan, per Februari 2024, Indonesia tercatat memiliki cadangan minyak sebesar 4,70 miliar barel (BBO) dan cadangan gas sebesar 55,76 triliun kaki kubik (TCF).

Lebih lanjut, Dwi menuturkan bahwa pihaknya telah mereviu program jangka panjang atau long term plan (LTP) 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12.000 juta kaki kubik per hari gas (MMscfd).

Dwi menyampaikan setelah dilakukan reviu, target 1 juta barel per hari dipastikan akan mundur dari target awal yang sudah ditentukan. Mundurnya target ini dikarenakan adanya pamdemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu.

“Kami sudah mereviu ada perbedaan, pergeseran terhadap upaya yang 1 juta itu, karena apa, pertama Covid-19, di mana dengan Covid-19 membatasi mobilisasi tenaga kerja dan peralatan dan delay project,” ucapnya.

Selain karena pandemi, Dwi menyampaikan kondisi keuangan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) juga menjadi penyebab molornya target 1 juta barel per hari.

Ditambah, adanya juga persoalan terkait dengan geopolitik juga menjadi masalah yang menganggu target tersebut makin mundur dari target awal.

“KKKS misalnya Tuna yang di Natuna karena geopolitik partnernya ZN dari Rusia harus melepaskan dan sebagainya,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper