Bisnis.com, MANGUPURA — Pemerintah menargetkan harga tiket pesawat bisa turun pada 2025 sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo kepada kementerian terkait.
Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Dwi Marhen Yono menjelaskan bahwa Presiden Jokowi sudah menginstruksikan agar penyebab mahalnya harga tiket pesawat seperti avtur bisa ditekan. Presiden memberikan tenggat waktu hingga 2025.
"Pak Presiden melalui Pak Luhut sudah menginstruksikan ke Pertamina agar harga avtur bisa kompetitif dengan negara lain, agar harga tiket bisa lebih murah," jelas Marhen di sela acara BBTF di Nusa Dua, Kamis (13/6/2024).
Marhen menjelaskan mahalnya harga tiket saat ini 39,5% dipengaruhi oleh mahalnya harga avtur. Harga avtur di Indonesia lebih mahal Rp4.000 dari Singapura dah lebih mahal Rp7.000 dari Dubai. Hal ini yang menyebabkan harga tiket rute penerbangan domestik jauh lebih mahal daripada rute luar negeri.
Misalnya saja, penerbangan Jakarta—Bali harganya berkisar Rp1,1 juta hingga Rp1,4 juta. Padahal, sebelum pandemi Covid-19 harganya bisa di bawah Rp1 juta.
Faktor kedua yang menyebabkan tiket pesawat mahal yakni maskapai belum bisa mengoperasikan semua pesawatnya seperti sebelum pandemi covid-19. Marhen menyebut dari 1.200 pesawat, baru sekitar 800 pesawat yang beroperasi di Indonesia.
Baca Juga
Hal itu menyebabkan ketersediaan kursi pesawat terbatas, padahal pergerakan penumpang sudah kembali normal.
Mahalnya harga tiket pesawat dan terbatasnya pesawat yang beroperasi di rute domestik menyebabkan kunjungan wisatawan ke sejumlah daerah landai, seperti kunjungan ke Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada 2023, jumlah pergerakan pesawat di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid Lombok adalah 24.600 pergerakan atau tumbuh 17,1% (year-on-year/YoY).
Jumlah penumpang yang melintasi bandara itu mencapai 2,34 juta orang. Pergerakan penumpang pada 2023 di Bandara Lombok masih didominasi oleh rute domestik dengan proporsi 91%.
Penumpang rute domestik tercatat 2,1 juta orang, sedangkan rute internasional hanya ada 200.000 orang. Jumlah penumpang tahun lalu baru 81% dari kondisi sebelum pandemi Covid-19, yang mencapai 2,9 juta oarng pada 2019.