Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warren Buffett Jual Saham Apple, Investor Diminta Tak Panik

Investor diminta untuk tetap tenang dalam menanggapi langkah Warren Buffett yang menjual saham Apple.
Warren Buffett dan Charlie Munger dalam RUPST Berkshire Hathaway Inc 2015
Warren Buffett dan Charlie Munger dalam RUPST Berkshire Hathaway Inc 2015

Bisnis.com, JAKARTA – Investor diminta untuk tetap tenang dalam menanggapi langkah Warren Buffett yang menjual saham Apple Inc hingga hampir 50% pada kuartal II/2024.

Melansir Bloomberg pada Senin (5/8/2024), Buffet melalui perusahaan investasinya, Berkshire Hathaway Inc melaporkan kepemilikan sahamnya di Apple telah turun dari sebelumnya senilai US$140 miliar menjadi US$84 miliar.

Transaksi tersebut terjadi saat pasar sedang lesu yang membuat saham Apple melonjak 23% dan mendorong S&P 500 dari satu rekor ke rekor berikutnya.

Saham Apple tercatat telah melesat hampir sekitar 900% sejak Buffet pertama kali mengungkap kepemilikan saham atas perusahaan ini. Berkshire Hathaway juga turut menghasilkan keuntungan yang belum direalisasi senilai miliaran dolar AS seiring dengan cengkeraman kuat Apple di industri teknologi.

Joe Gilbert, Senior Portfolio Manager di Integrity Asset Management menyebut penjualan saham yang dilakukan Buffet merupakan bentuk dari manajemen risiko. Gilbert menilai, Buffett akan menjual seluruh kepemilikannya di Apple jika ada kekhawatiran jangka panjang terkait kelangsungan usaha.

“Mirip dengan pengurangan posisi saham Berkshire lainnya, Buffett memperoleh keuntungan signifikan yang belum direalisasi,” jelas Gilbert.

Adapun, pengungkapan portofolio Berkshire muncul hanya beberapa hari setelah Apple merilis kinerja kuartalannya, yang menunjukkan kembalinya pertumbuhan pendapatan dan mengisyaratkan bahwa fitur AI baru akan meningkatkan penjualan iPhone di kuartal mendatang. 

Saham Apple stabil setelah laporan pendapatan dan akhirnya mengakhiri minggu ini dengan lebih tinggi meskipun terjadi aksi jual yang lebih luas.

Meskipun strategi investasi Buffett – yang dijuluki sebagai Oracle of Omaha – sulit untuk diabaikan, kepemilikan Berkshire di Apple telah menjadi begitu besar dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini memunculkan pertanyaan di kalanganinvestor apakah Berkshire harus memangkas posisinya untuk menyeimbangkan kepemilikannya. 

Adapun, setelah penjualan tersebut, Apple tetap menjadi saham tunggal terbesar yang dimiliki Berkshire.

Analis di CFRA Cathy Siefert menyebut penjualan saham ini wajar dilakukan setelah mengambil sejumlah keuntungan. Hal ini mengingat kepemilikan Berkshire yang sangat besar di Apple, 

“Mereka masih memiliki portofolio yang cukup terkonsentrasi,” jelas Siefert.

Sementara itu, Client Portfolio Manager di Zacks Investment Management, Brian Mulberry mengatakan, transaksi penjualan kemungkinan dilakukan Berkshire karena dirinya ingin melihat bukti investasi Apple pada sektor kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). 

Menurutnya, Berkshire, seperti sejumlah investor Apple lainnya, ingin melihat bukti investasi AI yang dilakukan Apple menghasilkan pertumbuhan penerimaan. Namun, mereka tidak yakin hasil ini akan terealisasi dengan cepat.

Valuasi Apple melonjak 33 kali lipat dari proyeksi laba masa depan pada pertengahan Juli. Catatan ini 11 poin lebih tinggi dibandingkan kenaikan valuasi yang terjadi pada indeks S&P 500. 

Meski valuasinya premium, Mulberry menilai masih masuk akal bagi investor untuk memiliki saham Apple. 

“Mereka masih dalam posisi neraca yang sehat dan masih akan meningkatkan pendapatan lebih cepat dibandingkan pasar yang lebih luas,” katanya.

Sementara itu, Analis Wedbush, Dan Ives, merujuk pada loyalitas merek Apple dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Menurutnya, Apple tengah berada di ambang siklus pertumbuhan besar yang akan mendorong kenaikan pendapatan pada 2025 dan 2026 mendatang.

“Meskipun beberapa orang mungkin menganggap hal ini sebagai kekhawatiran terhadap kepercayaan diri, Apple baru saja mencapai kuartal yang kuat dengan siklus super besar yang didorong oleh AI dan kami tidak melihat ini sebagai waktu untuk menekan tombol keluar,” kata Ives.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper