Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Nikel & Batu Bara Lesu, Kinerja Industri Alat Berat Ikut Loyo

Produksi alat berat mengalami penurunan seiring lesunya harga komoditas tambang, seperti nikel dan batu bara.
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mengungkap penyebab lesunya produksi alat berat yang mengalami penurunan sebesar 17% (year-on-year/yoy) pada semester I/2024. 

Berdasarkan catatan Hinabi, total realisasi produksi alat berat konstruksi dan pertambangan periode Januari-Juni 2024 sebanyak 3.337 unit, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4.014 unit. 

Ketua Umum Hinabi Giri Kus Anggoro mengatakan, kondisi tersebut disebabkan masih minimnya permintaan alat berat di sektor pertambangan lantaran harga komoditas mineral yang melemah atau tak setinggi beberapa tahun lalu.  

"Penurunan realisasi produksi di kuartal pertama 2024 disebabkan oleh masih belum meningkatnya perrmintaan alat berat terutama di sektor pertambangan sebagai dampak masih lemahnya harga komoditas barang tambang seperti batu bara dan nikel," kata Giri kepada Bisnis, dikutip Senin (23/9/2024). 

Produksi alat semester I/2024 didominasi oleh jenis hydraulic excavator sebanyak 2.873 unit, disusul dump truck sebanyak 252 unit, bulldozer 202 unit dan motor grader sebanyak 10 unit. 

Untuk diketahui, porsi penyerapan alat berat yang diproduksi saat ini sebagian besar diserap oleh industri tambang sebanyak 60% yang didominasi permintaan untuk angkutan produksi nikel

Sementara itu, alat berat untuk industri agri sebanyak 15%, kehutanan sebanyak 15%, dan konstruksi sebanyak 10%. Giri mengaku berharap banyak pada pangsa pasar di sektor konstruksi. 

"Pasar konstruksi yang diharapkan meningkat dengan adanya proyek-proyek pembangunan infrastruktur belum optimal menyerap alat berat produksi dalam negeri," tuturnya. 

Terlebih, dia melihat kegiatan Pemilu 2024 pada awal tahun ini masih memberikan sentimen yang mendorong pelaku usaha untuk bersikap konservatif atau wait and see terhadap hasil dan kebijakan pemerintah selanjutnya.

Namun, Giri menegaskan bahwa pihaknya masih optimistis untuk mendorong produksi dengan target sebanyak 8.000 unit hingga akhir tahun ini. 

"Kami masih optimis dengan target produksi 8.000 unit tahun 2024 bisa tercapai karena sektor yang saat ini masih menggeliat adalah mining," jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper