Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PNBP Minerba 2026 Ditarget Naik jadi Rp113 Triliun Usai Royalti Dikerek

Presiden Prabowo menargetkan PNBP minerba naik menjadi Rp113,38 triliun di RAPBN 2026.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menargetkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor pertambangan mineral dan batu bara (minerba) mencapai Rp113,38 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.

Target itu tercantum dalam Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2026. Adapun, target PNBP sektor minerba pada tahun depan itu naik 7,3% dibandingkan outlook 2025 yang mencapai Rp105,7 triliun.

"Pada RAPBN tahun 2026, pendapatan SDA [sumber daya alam] pertambangan minerba diproyeksikan sebesar Rp113,38 triliun atau tumbuh 7,3% dari outlook tahun 2025," demikian tulis Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2026 dikutip Senin (18/8/2025).

Kenaikan target PNBP minerba pada 2026 terutama disebabkan oleh kenaikan tarif iuran produksi/royalti setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2025 dan fluktuasi harga mineral acuan (HMA) beberapa mineral, antara lain emas, nikel, dan tembaga dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan Buku II Nota Keuangan dan RAPBN 2026 itu, fluktuasi harga komoditas dunia tersebut merupakan tantangan yang masih sulit dikendalikan di tengah upaya optimalisasi kebijakan pengelolaan PNBP SDA.

Untuk itu, pemerintah mengambil lima kebijakan teknis dalam rangka pencapaian target PNBP minerba.

Pertama, penguatan sinergi integrasi data lintas kementerian/lembaga melalui penerapan Sistem Informasi Mineral dan Batubara (Simbara). Kedua, penerapan automatic blocking system (ABS) untuk wajib bayar yang tidak patuh dalam memenuhi kewajiban PNBP.

Ketiga, kerja sama Kementerian ESDM/Kemendag/Kemenhub/Kemenkeu (DJA, DJBC, dan LNSW) untuk penguatan pengawasan data ekspor dan transaksi dalam negeri. Keempat, penggunaan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas tunggal dalam kegiatan integrasi data hulu ke hilir sektor minerba.

Kelima, pemberian sanksi atas ketidakpatuhan atas pemenuhan domestic market obligation (DMO) batu bara dan ketidakpatuhan atas pemenuhan target komitmen pembangunan smelter.

Sementara itu, realisasi PNBP sektor minerba mencapai Rp74,2 triliun per semester I/2025. Angka tersebut baru mencapai 59% dari target dalam APBN 2025 yang mencapai Rp124,7 triliun.

Secara keseluruhan realisasi PNBP sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) mencapai Rp138,8 triliun per semester I/2025.

Capaian PNBP sektor ESDM ini telah mencapai 54,5% dari target APBN 2025 mencapai Rp254,5 triliun. Adapun, PNBP sektor ini berkontribusi 10%-12% dari total pendapatan negara.

Sektor minerba merupakan kontributor PNBP terbesar periode ini. Setelah minerba, sektor dengan sumbangsih PNBP terbesar kedua yaitu migas sebesar Rp57,3 triliun dari target tahun ini mencapai Rp121 triliun.  

Kemudian, PNBP dari sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) mencapai Rp1,09 triliun dari target senilai Rp2,19 triliun.  

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menuturkan, capaian PNBP periode semester pertama tahun ini dapat melampaui target APBN di tengah gejolak harga minyak dan harga batu bara yang mengalami penurunan.  

“Harga batu bara turun tapi kami berusaha tetap mencapai Rp254,5 triliun ini adalah target yang diberikan presiden bahwa jangan sampai PNBP turun, caranya gimana ini, makanya kita lakukan ini,” tuturnya dalam konferensi pers Capaian Kinerja Semester I/2025, Senin (11/8/2025).

Di sisi lain, Kementerian ESDM mencatat realisasi investasi pada semester I/2025 di sektor minerba meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya US$2,4 miliar. Capaian periode ini merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir.

Kendati demikian, secara keseluruhan di sektor ESDM, realisasi investasi terbesar berasal dari sektor minyak dan gas (migas) yang tercatat senilai US$8,1 miliar pada semester I/2025 atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya US$6,3 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro