Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keponakan Prabowo Sebut AI Bikin Indonesia Makin Sulit jadi Negara Maju

AI atau kecerdasan buatan dinilai dapat mengganggu pekerjaan konvensional. Hal itu menjadi tantangan besar ketika lapangan kerja terbatas.
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono dalam dialog di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta pada Rabu (11/9/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono dalam dialog di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta pada Rabu (11/9/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA — Keponakan presiden terpilih Prabowo Subianto sekaligus Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono meyakini artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia dan banyak negara lain untuk menjadi negara maju.

Thomas menjelaskan, pertumbuhan ekonomi negara-negara Asean termasuk Indonesia cukup bagus di tengah ketidakpastian global beberapa tahun terakhir. Dia mencontohkan, prospek pertumbuhan ekonomi Asean mencapai 4,6% hingga tahun depan seperti laporan Asian Development Bank (ADB) pada Juli 2024.

Angka tersebut lebih tinggi dari prospek rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,6% hingga 2026 sesuai laporan Bank Dunia pada Juni 2024. Oleh sebab itu, dia menyatakan negara-negara Asean harus berbangga.

Kendati demikian, Thomas mengingatkan hanya Singapura dan Brunei Darussalam yang tergolong sebagai negara maju atau berpendapatan tinggi di Asean. Dia pun mendorong agar negara-negara Asean terus bekerja sama agar bisa lepas dari middle income trap alias perangkap pendapatan menengah.

Thomas meyakini, sejumlah tantangan terbesar bagi negara berkembang untuk dapat menjadi negara maju seperti perubahan iklim hingga potensi kemunculan pandemi lain. Tak lupa, dia menekankan soal tantangan modern ihwal digitalisasi dan kecerdasan buatan.

"Digitalisasi dan kecerdasan buatan dapat mengganggu pekerjaan konvensional. Semua masalah ini harus menjadi prioritas utama semua negara di Asean sesegera mungkin," katanya dalam International Seminar and Growth Academic Seminar di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (24/8/2024).

Di Asean, sambungnya, sejumlah persoalan juga harus diatasi seperti populasi yang menua, produktivitas yang rendah, kurangnya daya saing, kesenjangan, kurangnya kapasitas kelembagaan dan tata kelola, serta lemahnya kualitas sumber daya manusia.

"Menghadapi kenyataan ini, sangat penting bagi negara-negara Asean berpendapatan menengah untuk menyusun strategi yang baik, jelas, dan konkret agar terhindar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan dapat bertransisi dengan lancar menjadi negara berpendapatan tinggi," ujarnya.

Elite Partai Gerindra ini juga menekankan pemerintah Prabowo ke depan menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Dengan begitu, sambungnya, Indonesia bisa menjadi negara berpenghasilan tinggi sesuai visi Indonesia Emas 2045.

Untuk mewujudkan itu, salah satu sektor yang akan dimaksimalkan pemerintahan Prabowo ke depan yaitu ekonomi hijau dan ekonomi digital.

"Mencapai pertumbuhan 8% yang ambisius bukanlah mimpi, tetapi sebuah keharusan. Untuk melakukannya, kita harus memanfaatkan mesin pertumbuhan baru, seperti ekonomi digital dan ekonomi hijau," jelas Thomas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper