Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dewan Energi Nasional: Bauran EBT Tidak Lebih dari 17% pada 2025

Dewan Energi Nasional (DEN) memprediksi realisasi bauran EBT tidak akan lebih dari 17% atau di bawah dari target pemerintah sebesar 23% pada 2025
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Energi Nasional (DEN) memprediksi realisasi bauran energi baru terbarukan (EBT) tidak akan lebih dari 17% atau di bawah dari target pemerintah 23% pada 2025. Realisasi bauran EBT baru mencapai 13,93% pada semester pertama tahun ini. 

Anggota DEN Abadi Poernomo mengatakan ada banyak faktor yang membuat target bauran EBT tahun depan belum tercapai. Salah satunya dia menyebut kondisi kelebihan pasokan pada masa pandemi, hingga saat ini masih ada ekses pasokan 30%. 

Masa pandemi disebut membuat pertumbuhan kebutuhan energi tidak stagnan. Alhasil, Menurut dia, apabila dipaksakan untuk memasukkan pasokan dari pembangkit EBT baru justru akan menjadi bumerang bagi pembangkit yang ada.  

"Kita sudah monitor, kita hitung bahwa pencapaian energi terbarukan di tahun 2025 itu tidak akan lebih dari 17%, sekarang kan sekitar 13%-14%," ujar Abadi saat ditemui di sela acara Katadata Forum, di Jakarta, Rabu (9/10).

Dalam hal ini, pihaknya tengah menggodok strategi baru untuk mencapai target bauran EBT sebesar 70% pada 2060. Langkah yang sedang berjalan yaitu Revisi Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN). DEN akan mengubah target 23% bauran energi bersih pada tahun berikutnya. 

"Sehingga nanti pada tahun berikutnya sehingga di tahun 2060 bisa 70%," imbunya.

Diberitakan sebelumnya, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan sumber kendala yang menghambat target bauran energi yaitu belum tersambungnya jaringan transmisi yang memadai. Dia pun menyontohkan EBT di Riau yang terkendala jaringan listrik. 

"Itulah faktor penyebabnya, kembali lagi ini tugas Menteri ESDM yang baru untuk menyelesaikan bersama PLN. Jadi bukan salah PLN, salah perencanaan kami juga yang salah, tetapi mereka lebih banyak salah nya dari kami," kata Bahlil, beberapa waktu lalu. 

Dalam hal ini, Bahlil menyoroti potensi Indonesia dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di sektor geothermal atau panas bumi. Secara global, Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia atau sebesar 40%, setara dengan 24 gigawatt (GW). 

Sementara itu, kapasitas dari pembangkit listrik dari panas bumi mencapai 26 GW atau terbesar nomor dua di dunia yang sudah berjalan dan pertumbuhannya selama 10 tahun terakhir tumbuh 2 kali lipat. 

"Kapasitas listrik PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi] tersebut mencakup 18,5% dari total listrik EBT atau 3% dari total 93 GW," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper