Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar Sebut Biaya Operasional Pembangkit Listrik Nuklir Lebih Murah dari Batu Bara

Badan Kejuruan Teknik Nuklir menilai biaya operasional pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) lebih murah dibandingkan pembangkit listrik berbasis EBT
Pakar Sebut Biaya Operasional Pembangkit Listrik Nuklir Lebih Murah. Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bataan di Filipina./Bloomberg-Low De Wei
Pakar Sebut Biaya Operasional Pembangkit Listrik Nuklir Lebih Murah. Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bataan di Filipina./Bloomberg-Low De Wei

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Kejuruan Teknik Nuklir menilai biaya operasional pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) lebih murah dibandingkan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) lainnya.

Ketua Dewan Pakar Badan Kejuruan Teknik Nuklir Persatuan Insinyur Indonesia, Anhar Riza Antariksawan mengatakan jika merujuk pada studi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) PLTN berdaya 1.000 megawatt elektrik (mWe) lebih kompetitif.

"Masalah keekonomian itu macam-macam nanti kita bergantung pada bunga saat itu dan sebagainya tetapi secara umum, kalau di dalam jangka panjang nuklir akan kompetitif," kata Anhar saat ditemui Bisnis, Kamis (10/10/2024). 

Kendati demikian, dia tak memungkiri investasi yang dibutuhkan lebih mahal. Namun, biaya bahan bakar operasional lebih murah karena ongkos angkutan uranium untuk PLTN hanya memerlukan 21 ton dalam setengah tahun. Terlebih, harga bahan baku nuklir juga cenderung lebih stabil harganya. 

"Investasinya lebih mahal memang iya tetapi biaya bahan bakar operasionalnya lebih murah karena kita tidak setiap hari ngangkut bahan bakar seperti batubara," ujarnya. 

Di sisi lain, operasionalnya dapat berlangsung hingga 80 tahun, lebih lama dibandingkan PLTU yang hanya 30 tahun. Anhar juga membeberkan bahwa setiap unit PLTN setidaknya dapat menerap tenaga kerja 500-800 pekerja. 

Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa Indonesia telah memiliki kesiapan infrastruktur yang hampir memadai, khususnya dalam kehadiran sumber daya manusia. Dia menilai Indonesia telah memiliki infrastruktur pendidikan dan sebagian pelatihan dasar dalam ketenaganukliran. 

"Human resource development sebetulnya sudah dikatakan siap," imbuhnya. 

Tak hanya itu, dia menyebut dari 19 kategori infrastruktur yang disebutkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA), 16 infrastruktur di Indonesia telah lolos penilaian lembaga internasional tersebut. 

"Tahun 2019 sudah ada tim expert dari IAEA yang menilai kesiapan dari 19 infrastruktur itu, dan 16 sudah dinyatakan siap, hanya 3  saja yang belum yaitu national position, management, dan stakeholder involvement," tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper