Bisnis.com, JAKARTA - Industri makanan dan minuman Indonesia berpotensi meraup untung berupa stimulus dari pertemuan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden China Xi Jinping akhir pekan lalu.
Pertemuan tersebut dinilai akan menambah keyakinan dan mempererat hubungan bisnis pengusaha RI dan China.
Terlebih, ratusan pengusaha mamin Indonesia dan China mengadakan pertemuan besar-besaran di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta dalam rangkaian agenda Chinese Enterprises Go-Overseas, In-depth Tour Into Indonesia pada 11-15 November 2024.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Lembaga Indonesia-Tiongkok (LIT) Sudrajat mengatakan pertemuan antara Presiden Prabowo dan Xi Jinping telah menghasilkan kesepakatan investasi senilai US$10,07 miliar atau setara dengan Rp156,5 triliun, yang sedikitnya akan menyasar industri makanan dan minuman.
Meskipun, belum ada kategori pangan dalam rincian investasi yang dikucurkan dari komitmen tersebut, Sudrajat menilai hubungan baik kedua kepala negara tersebut dapat mendorong pengusaha untuk membidik peluang dagang dan investasi.
"Kalau US$10 miliar investasi tentu ini akan terbagi terhadap industri penting di Indonesia, saya kira pangan itu juga merupakan salah satu perhatian Presiden Prabowo untuk food security dan food supply di Indonesia," ujar Sudrajat saat ditemui di Hotel Mulia, Senin (11/11/2024).
Baca Juga
Dalam catatan LTI, setidaknya terdapat lebih dari 75 industri mamin China yang berniat untuk bekerja sama dengan ratusan pengusaha Indonesia dalam aspek perdagangan, kerjasama dan investasi untuk sektor mamin, pertanian, produk akuatik dan kawasan industri, serta logistik.
Menurut Sudrajat, di tengah kondisi China yang mengalami over supply di berbagai industri nya, kolaborasi lewat business matching merupakan cara paling baik dalam mengoptimalkan perdagangan kedua negara.
"Persaingan bisnis dunia sekarang sudah bukan waktunya lagi head to head. Kita harap dengan China ini punya platform strategic partnership, dan China juga punya inisiatif belt and road, dan Indonesia bersedia berkolaborasi dengan program itu, sehingga semua bidang kita kerja sama," jelasnya.
Senada, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan mendorong kehadiran pengusaha China ke Indonesia tidak hanya membuka peluang perdagangan, melainkan investasi sektor mamin agar nilai tambah dapat lebih dirasakan di Indonesia.
"Saya dengar ada yang mau masuk lagi ada perusahaan beberapa mau investasi di Indonesia, yang saya tadi baru saja di info, besar kemungkinan untuk produk jadi investasi bangun pabrik disini," terangnya.
Di sisi lain, Adhi juga mengarahkan industri nasional agar memanfaatkan kesempatan kerja sama ini untuk mendukung ketersediaan bahan baku pangan yang tidak dapat diproduksi dalam negeri.
Lebih lanjut, dia mengungkap potensi pasar ekspor ke China yang cukup besar. Pada 2023, nilai ekspor pangan olahan dari Indonesia ke China untuk HS 16-24 mencapai US$1,65 miliar naik dari tahun sebelumnya US$1,43 miliar.
"Tiongkok menjadi negara nomor 3, terbesar yang memasok produk pangan olahan ke Indonesia tahun lalu mencapai US$1,13 miliar. Industri ini merupakan salah satu sektor menjanjikan mengingat tingginya permintaan dari kedua negara," terangnya.