Bisnis.com, JAKARTA – Produsen es krim Ben & Jerry's menuntut perusahaan induknya, Unilever Plc, atas tuduhan telah membungkam upaya mengekspresikan dukungan bagi para pengungsi Palestina. Unilever juga diduga mengancam untuk membubarkan dewan direksi dan menuntut anggota direksi Ben & Jerry's terkait masalah ini.
Melansir Reuters, Kamis (14/11/2024), gugatan ini merupakan tanda terbaru dari ketegangan yang telah lama membara antara Ben & Jerry's dan produsen produk konsumen global tersebut.
Ketegangan terjadi di antara keduanya pada tahun 2021 setelah Ben & Jerry's mengatakan akan berhenti menjual produknya di Tepi Barat yang diduduki Israel karena tidak sesuai dengan nilai-nilainya. Langkah ini membuat beberapa investor melepas saham Unilever.
Produsen es krim itu kemudian menggugat Unilever karena menjual bisnisnya di Israel kepada pemegang lisensinya di sana. Hal ini membuat pemasaran di Tepi Barat dan Israel terus berlanjut. Namun, gugatan tersebut telah diselesaikan pada tahun 2022.
Dalam gugatan barunya, Ben & Jerry's mengatakan bahwa Unilever telah melanggar ketentuan penyelesaian gugatan tahun 2022, namun tidak menyebutkan ketentuan apa yang dilanggar.
Namun, sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Unilever diharuskan untuk menghormati dan mengakui tanggung jawab utama dewan independen Ben & Jerry's atas misi sosial Ben & Jerry's, menurut gugatan tersebut seperti dikutip Reuters.
Baca Juga
“Ben & Jerry's telah empat kali mencoba untuk berbicara di depan umum untuk mendukung perdamaian dan hak asasi manusia. Unilever telah membungkam setiap upaya ini,” demikian tulis gugatan tersebut.
Unilever belum memberikan tanggapan mengenai gugatan ini.
Ben & Jerry's mengatakan dalam gugatan tersebut bahwa mereka telah mencoba menyerukan gencatan senjata, mendukung perjalanan yang aman bagi para pengungsi Palestina ke Inggris, mendukung para mahasiswa yang melakukan protes di kampus-kampus di Amerika Serikat menentang kematian warga sipil di Gaza, dan mengadvokasi penghentian bantuan militer Amerika Serikat kepada Israel, namun dicegah oleh Unilever.
”Dewan independen secara terpisah berbicara tentang beberapa topik tersebut, tetapi perusahaan dibungkam,” kata gugatan itu.
Ben & Jerry's mengatakan bahwa Peter ter Kulve, kepala divisi es krim Unilever, mengatakan bahwa ia prihatin dengan persepsi anti-Semitisme yang terus berlanjut terkait merek es krim yang menyuarakan opininya tentang pengungsi Gaza.
Unilever juga diharuskan dalam perjanjian penyelesaian untuk membayar total US$5 juta kepada Ben & Jerry's agar merek tersebut memberikan donasi kepada kelompok-kelompok hak asasi manusia yang dipilihnya, menurut gugatan tersebut. Ben & Jerry's memilih Jewish Voice for Peace dan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang San Francisco Bay Area.
Gugatan tersebut juga menyatakan pada Agustus 2024, Unilever mengajukan keberatan atas pemilihan tersebut, dengan mengatakan bahwa Jewish Voice for Peace terlalu kritis terhadap pemerintah Israel.
Ben & Jerry's telah memposisikan dirinya sebagai perusahaan yang sadar sosial sejak Ben Cohen dan Jerry Greenfield mendirikan perusahaan tersebut pada 1978. Perusahaan ini mempertahankan misi tersebut setelah Unilever mengakuisisinya pada tahun 2000.
Pada Maret 2024, Unilever mengatakan akan memisahkan bisnis es krimnya, termasuk Ben & Jerry's, pada akhir tahun 2025 untuk menyederhanakan kepemilikannya.