Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap salah satu solusi yang dapat digunakan produsen susu segar untuk menjaga kualitas produk sehingga dapat terserap sepenuhnya oleh industri.
Pasalnya, industri pengolahan susu (IPS) selama ini dinilai tidak optimal menyerap susu segar dalam negeri (SSDN) yang penyebabnya disebut kualitas dan standar keamanan yang belum sesuai kebutuhan.
Direktur Jenderal Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya akan meminta koperasi produsen susu segar untuk mengadopsi teknologi milk collecting point sebagai salah satu mesin dalam rantai pendingin susu sehingga dapat masa simpan dan kualitasnya bertahan lebih lama.
"Sampai dengan saat ini kita memberikan bantuan pemerintah untuk digitalisasi. Cooling system biasanya kerja sama dengan perusahaan industri. Tapi untuk kedepannya, karena rantai pendingin ini satu-kesatuan," kata Putu, dikutip Minggu (17/11/2024).
Dalam hal ini, Putu membuka opsi agar teknologi digitalisasi hingga proses cooling system melalui mesin milk collecting point akan masuk dalam program restrukturisasi mesin yang akan disediakan lewat Direktorat Jenderal Industri Agro.
Lewat restrukturisasi mesin tersebut, koperasi yang membeli milk collecting point akan mendapat reimburse atau potongan harga hingga 35% dari pemerintah dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Baca Juga
Putu menerangkan penggunaan milk collecting point oleh koperasi juga dapat mempercepat return of investment (ROI) hingga 1 tahun 8 bulan dengan proyeksi peningkatan penjualan hingga 20%, di mana 10% nya untuk petani dan 10% untuk membiayai mesin tersebut.
Sebelumnya, Kemenperin mencatat produksi susu segar dalam negeri (SSDN) memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu sebesar 20% atau sekitar 750.000 ton.
Adapun, dari total kebutuhan tersebut, sekitar 530.000 ton bahan baku susu segar dipasok oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia yang terdiri dari 59 koperasi dan 44.000 peternak dengan kualitas susu yang memenuhi standar.
Sementara itu, 80% bahan baku susu masih harus dipenuhi dari impor. Di sisi lain, Kemenperin menyebut industri pengolahan susu tumbuh 5% per tahun, sedangkan produksi susu hanya 0,9% per tahun.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS) Sonny Effendhi mengatakan pihaknya beberapa kali melakukan pengujian kualitas dari susu segar peternak lokal yang disebut terdapat pemalsuan.
"Dari 84 KUD hanya sebagian kecil yang mempunyai gap terhadap standard kualitas dan keamanan pangan," kata Sonny kepada Bisnis, dikutip Minggu (17/11/2024).
Untuk itu, dia meminta pemerintah, industri dan peternak untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas susu perah agar serapan susu lokal dapat lebih meningkat sekaligus menaikkan pendapatan peternak.