Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mengkritisi masifnya program hilirisasi dan pembangunan infrastruktur yang tak diiringi dengan penggunaan produk alat berat buatan dalam negeri.
Ketua Umum Hinabi Giri Kus Anggoro mengatakan kebijakan hilirisasi dan proyek infrastruktur pemerintah mestinya dapat mendorong kebutuhan alat berat yang diproduksi lokal. Namun, hingga saat ini produksi alat berat justru menunjukkan tren penurunan.
"Namun, aktualisasinya alat berat dalam negeri masih kurang menjadi prioritas utama pilihan dalam penggunaannya pada proyek hilirisasi dan infrastruktur tersebut," kata Giri kepada Bisnis, dikutip Minggu (17/11/2024).
Menurut Giri, sejumlah produk alat berat lokal telah memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang cukup tinggi. Dalam laman resmi Kemenperin, alat berat dari PT Pindad, PT Sakai Indonesia, PT Ultratex Indonesia, dan lainnya memiliki TKDN di level 23%-35%.
Di lapangan, dia justru melihat alat berat impor yang cukup marak digunakan pada proyek-proyek tersebut. Terlebih, tahun ini dia melihat penggunaan alat berat impor terutama merek China yang membuat persaingan pasar alat berat di Indonesia kian ketat.
"Indonesia menjadi salah satu pasar alat berat yang besar dan saat ini, pasar tersebut masih terus berkembang seiring tren kebutuhan yang semakin meningkat. Hal ini mendorong masuknya alat berat impor ke Indonesia dan bersaing ketat dengan alat berat produksi dalam negeri," jelasnya.
Baca Juga
Dalam hal ini, Giri menerangkan, tantangan dalam persaingan pasar yakni peningkatan daya saing produk lokal sehingga dapat bersaing dan memberikan kepuasan lebih bagi pengguna.
Untuk diketahui, berdasarkan data Hinabi, produksi alat berat saat ini tercatat mencapai 5.138 unit pada Januari-September 2024. Angka produksi tersebut turun 17,77% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 6.248 unit.
Namun, dia melihat bahwa tren kinerja produksi alat berat dalam negeri akan tetap tumbuh karena manufaktur alat berat di Indonesia dinilai masih mampu bersaing dengan pendatang baru.
"Industri manufaktur senantiasa melakukan strategi berupa perbaikan operasional berkelanjutan dan melakukan inovasi baik inovasi proses maupun inovasi produk," jelasnya.
Di sisi lain, pihaknya juga melakukan perbaikan supply chain, terutama penggunaan komponen lokal yang meningkat sehingga mendukung daya saing industri manufaktur alat berat di Indonesia.
Lebih lanjut, pihaknya juga membuka peluang untuk alat berat produksi dalam negeri dipasarkan juga untuk ekspor. Namun, pasar ekspor alat berat pun disebut masih tertekan imbas kondisi ekonomi global.
"Namun alat berat produk dalam negeri masih mampu bersaing dalam pasar ekspor dan tren nya mengalami kenaikan," pungkasnya.