Bisnis.com, SURABAYA — Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengungkap biang kerok produktivitas kelapa sawit Indonesia yang masih rendah. Padahal, Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam pemenuhan kebutuhan minyak sawit di dunia.
Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman menyampaikan bahwa sektor sawit di Indonesia yang melibatkan 2,4 juta petani swadaya dan 16 juta tenaga kerja bisa mendorong produk domestik bruto (PDB) di sektor perkebunan sebesar 1,69% pada kuartal III. Alhasil, PDB Indonesia di kuartal III/2024 tumbuh di level 4,95%.
Sayangnya, Eddy mengungkap, perkebunan kelapa sawit yang sudah berusia lebih dari 25 menjadi salah satu penyebab produktivitas sawit Indonesia rendah.
“Masih rendahnya tingkat produktivitas dari perkebunan kelapa sawit khususnya disebabkan oleh umur tanaman yang relatif sudah tua, ini sudah lebih dari 25 tahun,” kata Eddy dalam acara Sosialisasi Pelaksanaan Eksportasi dan Pungutan Ekspor atas Kelapa Sawit, CPO, dan Produk Turunannya di Hotel Ciputra World Surabaya, Jawa Timur, Kamis (21/11/2024).
Selain itu, Eddy mengungkap manajemen kebun yang tidak optimal turut serta menjadi penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit, termasuk tidak menerapkan praktik-praktik perkebunan yang baik (good agriculture practices) di perkebunan sawit rakyat.
Dari sisi cakupan perkebunan kelapa sawit, Indonesia memiliki luas perkebunan kelapa sawit sebesar 16,8 juta hektare. Dari jumlah itu, sekitar 42% dikelola oleh pekebun sawit rakyat.
Baca Juga
Namun, Eddy menyampaikan pemerintah berkomitmen untuk mendukung sektor perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas strategis nasional dan tulang punggung perekonomian untuk meningkatkan sektor hulu dengan peningkatan produktivitas dan kesejahteraan Pekebun, serta mendorong hilirisasi nasional.
Sederet kebijakan yang dimaksud di antaranya peremajaan sawit rakyat (PSR), yakni melalui peningkatan produktivitas perkebunan rakyat menggunakan bibit bersertifikat. Kemudian, melalui pendanaan penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kompetensi dan keterampilan SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
Di samping itu, pemerintah juga meningkatkan penggunaan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dalam negeri menjadi bahan bakar yang dicampurkan ke solar, melakukan perbaikan rantai pasok melalui bantuan perbaikan jalan, jembatan, alat transportasi alsintan (alat dan mesin pertanian), hingga peningkatan nilai positif kelapa sawit dan perluasan pasar.
Sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit, terutama perkebunan kelapa sawit rakyat, Eddy menyampaikan bahwa pemerintah melalui BPDPKS telah menyelenggarakan program peremajaan sawit rakyat (PSR) serta program dukungan sarana dan prasarana.
Tercatat, sejak 2016–Oktober 2024, BPDPKS telah menyalurkan dana sebesar Rp9,83 triliun untuk mendanai program peremajaan sawit rakyat seluas 351.267 hektare yang melibatkan 157.883 pekebun.
Merujuk data Kementerian Perdagangan (Kemendag), ekspor non-migas Indonesia tercatat sebesar US$181,14 miliar sejak Januari—September 2024. Dari nilai itu, ekspor lemak dan minyak hewan dan nabati yang didominasi oleh minyak kelapa sawit mencapai US$14,43 miliar atau sebesar 10,18%.