Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah negara berkembang memberlakukan kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty, demi menarik modal maupun membenahi perekonomian.
Tax amnesty adalah program pengampunan pajak oleh pemerintah, yakni pajak dihapuskan dengan syarat wajib pajak mengungkap hartanya dengan benar dan membayar denda atau uang tebusan kepada pemerintah.
Banyak negara yang memberlakukan tax amnsety, baik demi memperkuat basis pajak, menambah pundi penerimaan negara, hingga meningkatkan peredaran mata uang asing—terutama dolar AS—di negaranya.
Sejumlah negara berkembang kini tercatat menjalankan pengampunan pajak alias tax amnesty. Dilansir dari Bloomberg, program Tax Amnesty sedang berjalan di Argentina dan akan berakhir hari ini, Jumat (22/11/2024).
Argentina menghadapi kekurangan cadangan devisa, bahkan dolar AS sulit didapat jelang akhir tahun. Namun demikian, bank sentral Argentina baru saja mencatatkan pembelian dolar AS tertinggi dalam 15 tahun terakhir pada Oktober 2024.
Program tax amnsety punya andil dalam menarik dolar AS masuk ke Negeri Tango, selain dari hasil ekspor tanaman pangan.
Baca Juga
Program tax amnesty itu menghasilkan sekitar US$12 miliar simpanan dolar AS dalam tiga bulan terakhir. Pembelian dolar AS di pasar resmi juga membantu bank sentral Argentina meningkatkan cadangan devisanya.
"Seluruh pasar mengharapkan bank sentral menjual dolar pada bulan Oktober, November, dan Desember. Sebaliknya, mereka justru membeli," kata ekonom di firma konsultan FMyA Economía y Finanzas, Fernando Marull, dilansir dari Bloomberg pada Jumat (22/11/2024).
Bergeser ke Benua Afrika, Nigeria juga meluncurkan program tax amnesty untuk menarik devisa. Mata uang negara tersebut anjlok ke titik terendah baru pada Kamis (21/11/2024), sehingga penarikan devisa menjadi penting untuk mendukung kurs mata uang.
Menteri Keuangan Nigeria Wale Edun menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mengenakan audit pajak kepada individu peserta tax amnesty dan tidak akan mengambil alih aset yang dilaporkan. Nigeria akan menjalankan tax amnesty selama sembilan bulan.
"Skema tersebut menawarkan saluran yang aman dan rahasia bagi orang-orang untuk mengintegrasikan kembali dana mata uang asing mereka yang sah, yang mendorong stabilitas dan pertumbuhan bagi negara kita," kata Wale Edun dalam keterangan resminya.
Nilai tukar naira, mata uang Kenya, yang menurun tiada henti membuat banyak orang menimbun dolar AS, likuiditas di pasar valas pun menjadi begitu rendah. Presiden Nigeria Bola Tinubu menginginkan naira diperdagangkan lebih bebas dan memperkuat nilai tukarnya ketika dia menjabat.
Bergeser ke Asia, keinginan melaksanakan tax amnesty juga muncul di Kazakhstan, yang ingin memberikan beban pajak lebih "adil" bagi para pemberi pinjaman di negara itu.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyebut bahwa bank-bank di sana harus membayar pajak yang sebanding dengan dividen pemegang sahamnya. Dia pun mengusulkan adanya undang-udang perbankan yang dapat merangsang aktivitas ekonomi dan pengembangan lebih lanjut sektor fintech.
Tokayev memerintahkan penundaan persetujuan aturan pajak baru hingga tahun depan, dia juga mengatakan bahwa pemerintah harus melakukan reformasi fiskal dengan baik, termasuk dengan meningkatkan efisiensi keringanan pajak.
Salah satu usulannya adalah tax amnesty bagi para pemimpin bisnis yang berinvestasi di negara tersebut. Tokayev ingin usulan itu dimaktubkan dalam undang-undang, agar para taipan dapat membelanjakan lebih banyak modal di dalam negeri.