Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri KKP Targetkan RI Setop Impor Garam Industri di 2027

KKP bakal menggenjot produksi garam dalam negeri untuk mengejar target setop impor garam industri pada 2027.
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Wahyu Sakti Trenggono - Istimewa.
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Wahyu Sakti Trenggono - Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan berupaya memenuhi kebutuhan garam industri dari dalam negeri. KKP pun menargetkan Indonesia tidak akan mengimpor garam industri pada 2027.

Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono pun tak mengelak bahwa saat ini Indonesia belum siap memenuhi kebutuhan garam industri. Alhasil, pemerintah masih ketergantungan impor.

Namun, Trenggono menyatakan KKP akan menggenjot produksi garam guna memenuhi kebutuhan industri. Hal ini mengingat, produksi garam konsumsi untuk masyarakat disebut sudah terpenuhi, sehingga pemerintah tidak perlu lagi impor garam konsumsi pada 2025.

“Untuk industri, ke depan dalam dua tahun [2027] harapannya kita juga sudah tidak perlu impor [garam industri]. Untuk itu kita harus melakukan produksi yang bisa memenuhi kebutuhan industri,” kata Trenggono saat ditemui di sela-sela acara Indonesia Marine & Fisheries Business Forum: Blue Food Competent Authority Dialogue, Jakarta, Selasa (10/12/2024).

Trenggono juga menyebut anggaran untuk memproduksi garam dalam negeri untuk kebutuhan industri tengah dikalkulasikan. Bahkan, dia menyatakan target Indonesia setop impor garam industri pada 2027 merupakan waktu yang realistis.

“Sangat realistis, selama dukungan pendanaannya siap. Tapi saya sudah lapor kepada Bapak Presiden [Prabowo Subianto], Bapak Presiden mengatakan untuk segera dilakukan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Trenggono juga memastikan pemerintah akan membangun lahan tambak garam di wilayah Indonesia timur, tepatnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pemilihan NTT menjadi tambak garam lantaran dinilai merupakan lokasi yang paling tepat, sebab memiliki masa waktu panas yang panjang sekitar delapan bulan. Terlebih, wilayah NTT juga dekat dengan Darwin, Australia yang memiliki iklim cuaca yang sama dengan Indonesia.

“Lahannya juga sangat tersedia di Nusa Tenggara Timur. Kalau kita crossing, di sekitar Darwin [Australia], di dekat Darwin itu kira-kira produksi garamnya Australia sekitar 10 juta ton setiap tahun. Itu sangat dekat [dengan Indonesia] dan cuacanya sama dengan Indonesia,” terangnya.

Nantinya, tambak garam di NTT itu akan mengadaptasi teknologi canggih sehingga produksi garam yang dihasilkan sudah bersih. Adapun, pihak yang mengelola dan memproduksi garam adalah perusahaan pelat merah, yakni PT Garam (Persero).

“BUMN PT Garam tentu, PT Garam salah satunya. Sama mungkin nanti BUMN baru, kita belum tahu. Tapi yang pasti sekarang sedang dalam proses,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) optimistis Indonesia bisa memproduksi garam dalam negeri, sama seperti pesawat buatan Indonesia.

“Kita usaha dong, mana ada, pesawat aja dulu bisa bikin. Garam masa nggak bisa, kalau kamu mikir gitu nggak bisa bikin garam terus kita, bisa ya pak? Bisa, bisa,” kata Zulhas saat ditemui seusai Rapat Koordinasi Terbatas Penetapan Neraca Komoditas Pangan 2025 di Graha Mandiri, Jakarta, Senin (9/12/2024).

Zulhas menuturkan bahwa permintaan garam industri (chlor alkali plant/CAP) yang semula 2,5 juta ton dipangkas menjadi 1,7 juta ton untuk 2025.

“Yang industri masih, yang dulu kita impor [garam] permintaannya hampir 2,5 [juta ton]. Permintaan 2,5 juta ton yang untuk industri [CAP], kita kasih 1,7 [juta ton]. Selebihnya kita minta PM Garam untuk mengolah garamnya agar juga bisa dipergunakan untuk industri,” ungkapnya.

Dia juga menyatakan pemerintah akan menggenjot produksi garam dalam negeri, termasuk untuk memenuhi kebutuhan industri.

“Jadi kita akan coba kerja keras selama dua tahun ini untuk industri pun kita juga akan produksi di sini. Pak Menteri Kelautan, luar biasa,” tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper