Bisnis.com, JAKARTA — Sektor energi hijau hingga Ibu Kota Nusantara (IKN) akan menjadi prioritas pemerintah untuk menggaet investasi hingga Rp13.528 triliun pada era pemerintahan Presiden Prabowo atau periode 2025-2029.
Ratih Purbasari Kania, Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menuturkan pemerintah menargetkan realisasi investasi pada rentang Rp11.394 triliun hingga Rp13.528 triliun pada 2025-2029. Besaran tersebut dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
"Investasi ini diharapkan jadi engine of growth terutama dari ekspor-impor dan juga dari daya beli masyarakat terutama penciptaan lapangan kerja," jelas Ratih dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Untuk mencapai target tersebut, Ratih menuturkan BKPM telah memetakan beberapa sektor prioritas, salah satunya adalah energi baru terbarukan (EBT). Ratih menjelaskan, Indonesia memiliki potensi EBT sebesar 3.687 gigawatt (GW).
Secara terperinci, potensi dari tenaga surya adalah 3.294 GW, hidro sebesar 95 GW, bioenergy sebanyak 57 GW, tenaga angin sebesar 155 GW, geothermal sebesar 23 GW, dan gelombang laut sebesar 63 GW.
Sektor selanjutnya adalah industri hilirisasi. Ratih mengatakan, potensi investasi hilirisasi dari 28 komoditas yang diprioritaskan RI mencapai US$618 miliar. Dia menuturkan, komoditas-komoditas yang diprioritaskan untuk hilirisasi diantaranya adalah nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, tebu, rumput laut, dan lainnya.
Baca Juga
Kemudian, pemerintah juga memprioritaskan ketahanan pangan, seperti rice estate serta produksi gula dan bioethanol di wilayah Papua.
Selanjutnya, sektor semikonduktor juga diharapkan dapat meningkatkan realisasi investasi pemerintah Indonesia. Ratih mengatakan, Indonesia juga memiliki beberapa sumber daya yang menjadi bahan baku industri hulu semikonduktor seperti silika, tembaga, bauksit, dan emas.
Ratih melanjutkan, pemerintah juga memprioritaskan Investasi untuk ekonomi digital dan pusat data (data center), industri manufaktur berorientasi ekspor, kesehatan yang mencakup industri farmasi, alat kesehatan dan juga obat, ibu kota Nusantara (IKN), dan pendidikan serta vokasi.
"Untuk sektor EBT dan hilirisasi industri saja jika dijumlahkan, ini (potensi realisasi investasi) bisa mencapai sekitar Rp10.770 triliun atau sudah 80% dari target investasi kita dalam 5 tahun ke depan. Apabila kita fokus dan seluruh sektor berkoordinasi untuk investasi ke depan, insyaallah kita akan mencapai target tersebut," kata Ratih.