Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Susul Indonesia, Bank Sentral Thailand Tahan Suku Bunga Acuan pada Level 2,25%

Bank of Thailand (BOT) mempertahankan suku bunga acuannya untuk periode Desember 2024 sebesar 2,25%.
Papan indeks Bursa Efek Thailand (SET) dalam papan elektronik bursa di Bangkok./Bloomberg-Taylor Weidman
Papan indeks Bursa Efek Thailand (SET) dalam papan elektronik bursa di Bangkok./Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Thailand, Bank of Thailand (BOT), mempertahankan suku bunga acuannya untuk periode Desember 2024 setelah pemangkasan mendadak pada Oktober 2024. 

Bank sentral juga memperingatkan akan peningkatan ketidakpastian di masa mendatang karena menolak seruan pemerintah untuk pelonggaran kebijakan lebih lanjut.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (18/12/2024) Komite Kebijakan Moneter memberikan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga sebesar 2,25% pada pertemuan hari ini. Keputusan tersebut sesuai dengan ekspektasi 21 dari 23 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. 

Mata uang Baht tidak banyak berubah oleh keputusan tersebut, yang diambil sesaat sebelum negara tetangga Indonesia mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada 6%.

“Kami tetap netral — kami tidak menginjak rem dan kami tidak mempercepat laju,” kata Asisten Gubernur Bank of Thailand Sakkapop Panyanukul pada konferensi pers di Bangkok. 

“Dalam jangka pendek, pemulihan ekonomi tetap pada jalurnya, tetapi kami melihat risiko yang lebih tinggi di masa mendatang.”

Dia melanjutkan, ekonomi Thailand menghadapi tantangan mulai dari meningkatnya persaingan dari faktor eksternal, dan ketidakpastian dari kebijakan yang diberlakukan oleh negara-negara ekonomi utama. 

Adapun, BOT juga mempertahankan perkiraan pertumbuhan 2,7% untuk 2024 dan melihat ekspansi sebesar 2,9% pada 2025.

"Bank sentral mengindikasikan meningkatnya ketidakpastian dalam periode mendatang, kemungkinan mengacu pada kembalinya Presiden terpilih AS Donald Trump ke Gedung Putih," kata ekonom Bloomberg Economics, Tamara Mast Henderson, tak lama setelah keputusan tersebut. 

Namun, dia menyebut, meskipun kali ini BOT menolak tekanan pemerintah, lebih banyak pemotongan mungkin akan dilakukan ke depannya.

BOT membela suku bunga saat ini sebagai konsisten dengan prospek ekonomi dan inflasi yang cenderung mendekati kisaran target 1% hingga 3%. Bank sentral mengatakan suku bunga tersebut mempertahankan ruang kebijakan di tengah meningkatnya ketidakpastian. 

Adapun, BOT hanya memangkas suku bunga satu kali tahun ini, meskipun ada tekanan dari pemerintah untuk menurunkan biaya pinjaman untuk memacu pertumbuhan dan mengurangi beban peminjam.

Bank sentral menyoroti faktor positif dan negatif bagi perekonomian saat memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga.

Menurut Panyanukul, sektor pariwisata dan permintaan domestik terus menjadi pendorong utama. Sektor seperti ekspor elektronik dan mesin juga masih tumbuh sejalan dengan pemulihan yang diharapkan dalam siklus teknologi global. 

"Namun, pemulihan ekonomi tetap tidak merata di seluruh sektor. Sementara layanan terkait pariwisata membaik, pemulihan untuk [usaha kecil dan menengah] dan industri manufaktur tertentu menghadapi tekanan dari menurunnya daya saing," katanya.

Dia juga mencatat nilai baht telah terdepresiasi terhadap dolar AS sejak pertemuan Oktober, karena perubahan ekspektasi terhadap suku bunga AS.

Adapun, Baht mempertahankan penurunan sebesar 0,1% terhadap dolar AS setelah pengumuman suku bunga. Sementara itu, indeks saham acuan Thailand membalikkan kenaikannya menjadi hampir tidak berubah.

Bank of Thailand telah menekankan pentingnya mempertahankan sikap netralnya saat ekonomi membaik dan inflasi perlahan naik menuju target 1%-3%. 

Gubernur Sethaput Suthiwartnarueput awal bulan ini mengatakan bank akan mengejar kebijakan moneter yang "kuat" yang secara efektif dapat mengatasi ketidakpastian tinggi dan konsekuensi yang tidak diinginkan yang dihadapi ekonomi global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper